Latar Belakang: Temporomandibular disorder (TMD) merupakan gangguan yang terjadi pada sendi temporomandibula (STM) yang ditandai dengan adanya rasa sakit pada otot pengunyahan dan STM; bunyi ‘klik’ pada STM; dan adanya defleksi, deviasi serta keterbatasan dalam membuka mulut. TMD dapat terjadi sejak remaja dan prevalensi serta keparahannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.  TMD pada remaja disebabkan oleh adanya peningkatan kerja otot pengunyahan sebagai akibat dari peningkatan kondisi emosional terkait stres yang dialami oleh remaja. Stres merupakan masalah umum yang pasti dialami setiap orang termasuk remaja panti asuhan yang memiliki permasalahan yang lebih banyak dibandingkan remaja seumurannya. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stres terhadap TMD pada remaja panti asuhan di Kota Banjarmasin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada remaja panti asuhan yang berusia 13-18 tahun di Kota Banjarmasin dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pemeriksaan stres dilakukan dengan menggunakan kuesioner PSS sedangkan pemeriksaan TMD dilakukan dengan metode diagnosis RDC/TMD. Data hasil penelitian terkait stres dan TMD dianalisis dengan uji spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 61% responden mengalami tingkat stres sedang. TMD dialami oleh 68,3% responden yang terdiri atas 58,5% nyeri miofasial dan 9,8% dislokasi diskus. Hasil uji spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres terhadap temporomandibular disorder pada remaja panti asuhan di Kota Banjarmasin (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara stres terhadap temporomandibular disorder pada remaja panti asuhan di Kota Banjarmasin.

Kata kunci: stres, temporomandibular disorder (TMD), nyeri miofasial.