DIGITAL LIBRARY



JUDUL:EKSISTENSI TEATER TRADISI MAMANDA DI DESA PARIUK KABUPATEN TAPIN
PENGARANG:WIDYA CAHYANI
PENERBIT:FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TANGGAL:2018-01-31


Kata Kunci: Desa Pariuk, Mamanda Pariuk, Eksistensi.


Desa Pariuk yang berada di Kabupaten Tapin yang dicatat sebagai tempat lahirnya
teater tradisi
Mamanda di Kalimantan Selatan yang kemudian disebut Mamanda Pariuk.
Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi berpengaruh terhadap
perkembangan kehidupam kesenian daerah baik secara positif dan negatif dari
budaya global melalui peningkatan apresiasi masyarakat terhadap dunia kesenian
khususnya di Kabupaten Tapin. Kekhawatiran tentang pengaruh budaya luar ini
dianggap tidak selaras dan dapat menggeser keberadaan seni tradisi yang ada.
muncul kesenian modern yang meminggirkan kesenian tradisi Mamanda.
Terpinggirnya Mamanda ini bisa berakibat pada masalah identitas dan eksistensi
daerah. Desa Pariuk dikenal luas berkat Mamanda. Jika Mamanda tidak ada di
Pariuk maka otomatis Desa Pariuk juga semakin tidak dikenal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan keberadaan Mamanda di Desa
Pariuk. Penelitian didasarkan pada rumusan masalah: 1) Bagaimana Eksistensi Teater
Tradisi
Mamanda di Desa Pariuk Kabupaten Tapin ? 2) Apa faktor pendukung dan
penghambat Teater Tradisi Mamanda di Desa Pariuk Kabupaten Tapin ?
3)
Bagaimana peran Masyarakat dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam
menjaga eksistensi Mamanda di Pariuk Kabupaten Tapin ?
Setelah penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang terdiri dari
1) Rancangan Penelitian, 2) Setting Penelitian, 3) Populasi Dan Sampel, 4) Skala
Pengukuran Instrumen Penelitian, 5) Pengumpulan Data, 6), Tehnik Pengumpulan Data, a)
Observasi b) Wawancara Mendalam c) Angket d) Dokumentasi, 7) Data Dan Sumber Data,
8) Analisis Data, 9) Data Dan Sumber Data, 10) Analisis Data.
Pada hasil penelitian disimpulkan bahwa Eksistensi Teater Tradisi
Mamanda di Desa
Pariuk Kabupaten Tapin dilihat dari hasil kuesioner dikategorikan baik, yaitu 68,5 %
karena mencapai kriteria interpretasi. Kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval dari
angka 60% - 79,99% = (Setuju/Baik/Suka). Dalam sejarahnya terdapat 1) Pengembangan
Cerita, 2) Pengembangan Gaya Pemeranan, 3) Pengembangan Bahasa Dialog, 4)
Pengembangan Pemilihan Pemain, 5) Pengembangan Pelayanan Penonton, 6)
Pengembangan Ciri Khas, 7) Pengembangan Busana, 8) Pengembangan Tata Rias, 9)
Pengembangan Pencahayaan, 10) Pengembangan Meja, 11) Pengembangan Alat Musik.
Faktor Pendukung dan Penghambat yaitu salahsatu faktor pendukungnya adalah adanya
pelatihan teater dengan sanggar Sirang Bastari yang dilakukan rutin satu minggu sekali.
Faktor penghambat salahsatunya adalah kurangnya dukungan anggota keluarga karena
dianggap bergabung dengan sanggar seni tidak menghasilkan uang. Peran pihak
masyarakat adalah sebagai donatur dalam menyelenggarakan pertunjukan Mamanda tanpa
diberi imbalan, juga sebagai konsumen dan promotor. Peran pihak pemerintah dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tapin adalah sebagai fasilitator, workshop
dikalangan pelajar, guru dan anggota sanggar teater juga membantu dalam hal pendanaan.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI