DIGITAL LIBRARY



JUDUL:PENGARUH SKALA USAHA TERHADAP EFISIENSI TEKNIS USAHA TANI JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI KECAMATAN PANYIPATAN KABUPATEN TANAH LAUT
PENGARANG:WINDI BUNGA DEVITA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2020-07-28


Jagung adalah tanaman pangan yang berperan sebagai sumber karbohidrat untuk kebutuhan manusia selain beras dan gandum.  Jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak.  Sebagai bahan pakan utama, permintaan jagung di dalam negeri terus meningkat. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak pada tahun 2015 kebutuhan jagung selama setahun mencapai 8,5 juta ton.  Hanya sekitar 40% dipenuhi dari dalam negeri, sehingga pemerintah terus berusaha menggenjot produksi.

Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan tersebut adalah dengan meluncurkan Program Upaya Khusus (Upsus), yaitu pengembangan luas tanam jagung 3 juta ha di berbagai daerah termasuk di Kalimantan Selatan.  Kabupaten Tanah Laut merupakan sentra produksi jagung di Kalimantan Selatan dimana produksi jagung yang paling tinggi dihasilkan dari Kecamatan Panyipatan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh skala usaha terhadap efisiensi teknis usahatani jagung hibrida; (2) faktor-faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, dan tenaga kerja) pada usahatani jagung hibrida; (3) elastisitas produksi dan skala pengembalian usahatani jagung hibrida. Penelitian dilakukan pada dua desa terpilih di Kecamatan Panyipatan, yaitu Desa Batu Tungku dan Desa Sukaramah, dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Analisis yang digunakan adalah fungsi produksi tipe Cobb-Douglas.  Hasil penelitian memperlihatkan skala usaha tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada efisiensi teknis usahatani jagung hibrida. Berdasarkan Uji F ternyata faktor produksi luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama mempengaruhi produksi jagung hibrida.  Selanjutnya, ada beberapa faktor produksi yang secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, yaitu luas lahan, benih, pupuk organik, dan pupuk anorganik.  Sedangkan faktor produksi pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). 

Elastisitas produksi luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, dan tenaga kerja berturut-turut adalah 0,800; 0,249; -0,216; 0,123;  0,016; dan 0,029.  Dari keenam faktor produksi yang digunakan, hanya variabel pupuk organik yang memperlihatkan elastisitas produksi yang negatif, yang berarti semakin banyak pupuk organik yang digunakan akan menyebabkan produksi jagung menurun.  Penjumlahan koefisien regresi yang juga merupakan elastisitas produksi setiap faktor produksi menunjukkan skala pengembalian usaha (return to scale) dimana jumlah koefisien regresi adalah 1,001 yang berarti usahatani jagung hibrida berada pada skala pengembalian tetap (contant return to scale).  Kondisi ini mengisyaratkan bahwa apabila semua faktor produksi pada budidaya jagung hibrida dilipatgandakan, maka produksi jagung hibrida akan meningkat dengan proporsi yang sama besar (juga dua kali lipat). Dengan kata lain, persentase kenaikan produksi jagung hibrida sama persis dengan persentase kenaikan input-input yang digunakan.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI