Pada tahun 2017 banyak proyek di lingkungan pemerintahan provinsi Kalimantan Selatan dilaksanakan dengan biaya jauh di bawah Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang direncanakan. Data yang tercatat pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) kabupaten dan kota yang ada di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2017 di mana jumlah paket pekerjaan atau proyek yang nilai kontraknya lebih rendah 80% dari nilai HPS yaitu kota Banjarbaru terdapat 38 paket pekerjaan, Banjarmasin 8 paket pekerjaan Kabupaten Tanah Laut 2 paket pekerjaan sedangkan di Kabupaten lainnya tidak terdapat paket pekerjaan yang nilai kontraknya lebih rendah 80% dari nilai HPS. Salah satu penyebab kegagalan proyek adalah faktor biaya, apabila biaya tidak cukup maka kualitas atau mutu bisa berkurang sehingga proyek tidak sesuai spesifikasi rencana atau bahkan bisa tidak selesai pekerjaan dan akhirnya terjadi kegagalan proyek. Penelitian ini bertujuan mengindetifikasi risiko pada proyek yang kontraknya lebih rendah 80% dari nilai HPS serta menentukan tindakan preventive dan corrective terhadap risiko yang mempengaruhi kualitas, waktu pelaksanaan dan biaya pada proyek konstruksi di Kalimantan Selatan.

Penelitian ini berlokasi di Kota Banjarbaru dan Banjarmasin. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan dan memperoleh gambaran secara mendalam dan objektif mengenai faktor risiko manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas, waktu dan biaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor  risiko yang paling dominan mempengaruhi kualitas, waktu pelaksanaan dan biaya pada proyek konstruksi adalah mutu material di bawah spesifikasi (faktor risiko yang mempengaruhi kualitas), mobilisasi atau pengiriman sumber daya yang lambat (faktor risiko yang mempengaruhi waktu pelaksanaan) dan terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek (faktor risiko yang mempengaruhi biaya).