Bina diri merupakan suatu upaya membangun diri individu lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan, baik pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan informal di keluarga, dan di masyarakat dengan harapan dapat mewujudkan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari secara memadai. Di SLB Negeri 1 Tapin terdapat sekitar 10 anak dengan hambatan down syndrome yang mana salah satu dari anak tersebut mampu mengembangkan bina diri tanpa bantuan orang lain seperti, buang air kecil dan besar, makan dan minum, memakai baju dengan rapi, memotong kuku, dan memakai sepatu sendiri. Maka untuk mengetahui bagaimana cara bina diri seorang anak berkebutuhan khusus down syndrome ini yang diterapkan oleh orang tua dalam pengasuhannya, oleh sebab itu penelitian ini berfokus pada jenis pola asuh orang tua yakni jenis pola asuh otoriter, jenis pola asuh demokratis (otoritatif), dan jenis pola asuh permisif.

            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Informasi pada penelitian ini didapat dari kedua orang tua anak yaitu ayah dan ibu kandung anak down syndrome. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarik kesimpulan. Uji keabsahan daya menggunakan ketekunan pengamatan, pemeriksaan melalui diskusi, dan member check (pengecekan anggota).

            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua orang tua anak lebih cenderung dominan dengan pola asuh permisif, terlihat dari perilaku orang tua yang memberikan kebebasan terhadap anak dan tidak adanya pemberian hukuman yang konsisten kepada anak. Kemungkinan terbesar mengapa orang tua terlalu memberikan kebebasan dan tidak menghukum anak yakni minimnya pendidikan orang tua terhadap pola asuh yang akan diberikan dan orang tua menerapkan pola asuh yang pernah didapat oleh orang tua terdahulu.