ABSTRAK

FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL

(STUDI OBSERVASIONAL ANALITIK PADA 3 WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN)

Aulia Rizky Maulida

Kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 73% (768) kematian bayi atau 66% dari seluruh kematian balita. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per kelahiran hidup yang mana angka tersebut belum memenuhi target dan tujuan berkelanjutan dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang ingin menurunkan AKN menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan menunjukkan AKN mengalami kenaikan pada 3 tahun terakhir. Pada tahun 2016 terdapat 53 per 1000 KH, tahun 2017 terdapat 58 per 1000 KH dan pada 2018 terdapat 65 per 1000 KH.Penelitianinibertujuanuntukmenjelaskanfaktor risiko kematian neonatal pada 3 wilayah kerja puskesmas Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Rancangan yang digunakan bersifat observasional analitik, dengan pendekatan case control.Populasipenelitianadalahibu yang telah melahirkan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dari bulan Januari 2016 - Desember 2018 sebanyak 3.355 orang. Sampel berjumlah 41 kasus dengan menggunakan teknik purposive sampling dan 41 kontrol dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kematian neonatal (p-value=0,029, OR=9,7), ada hubungan antara asfiksia dengan kematian neonatal (p-value=0,002), ada hubungan antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kematian neonatal (p-value=0,0001, OR=56,5), ada hubungan antara prematur dengan kematian neonatal (p-value=0,005, OR=14,7). Olehkarenaitu,puskesmasdiharapkan meningkatkan sosialisasi tentang faktor risiko kematian neonatal pada masyarakat dan khususnya ibu hamil.

Kata kunci: Kematian neonatal, paritas, asfiksia, berat badan lahir rendah (BBLR), prematur