DIGITAL LIBRARY



JUDUL:REPRESENTASI KEKUASAAN TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU KELAS PADA MADRASAH IBTIDAIYAH ISTIQLAL BANJARMASIN
PENGARANG:MAULINA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2020-12-10


Representasi kekuasaan guru adalah pengungkapan kekuasaan guru dalam tindak tutur, strategi tutur serta fungsi tuturannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penggunaan tindak tutur direktif dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu bentuk penggunaan ragam tindak tutur di dalam kelas.  Penelitian ini bertujuan mengetahui representasi kekuasaan dalam tindak tutur direktif permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, pemberian izin, dan nasihat pada guru kelas dan efeknya terhadap siswa MI Istiqlal Banjarmasin.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Data penelitian ini berupa tuturan guru saat proses pembelajaran yang tuturannya mengandung representasi kekuasaan.  Sumber data penelitian ini adalah guru kelas di MI Istiqlal Banjarmasin yang sedang mengajar di dalam kelas. Penulis menggunakan ancangan pragmatik, teknik simak dan teknik catat untuk memperoleh keterangan sesuai dengan objek yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini ditemukannya enam representasi kekuasaan tindak tutur direktif guru kelas pada MI Istiqlal Banjarmasin  seperti permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, pemberian izin, dan nasihat. Representasi kekuasaan guru dalam tindak tutur direktif ini berupa kekuasaan kepakaran, humanis, dan absah guru; kekuasaan menyatakan rasa senang dan tidak senang; dan kekuasaan dalam memberi pengarahan dan penegasan. Tindak tutur pertanyaan dan perintah paling sering diujarkan guru saat proses pembelajaran di kelas.

Dengan demikian, sebaiknya guru jangan hanya sering menuturkan tuturan direktif pertanyaan dan perintah, tetapi juga menuturkan direktif nasihat. Direktif nasihat yang dituturkan guru juga tidak hanya nasihat untuk kehidupan, melainkan nasihat untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga jangan tidak terlalu sering menggunakan kekuasaan absahnya karena akan menimbulkan ketakutan siswa. Sebaiknya guru lebih banyak menggunakan kekuasaan humanisnya agar tercipta kerjasama yang efektif dan efisien.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI