Perkembangan kota dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan pembangunan berkembang hingga di sepanjang sungai. Kota Banjarmasin saat ini menghadapi masalah perkotaan yang kompleks. Polusi udara dan pencemaran sungai salah satu isu yang kemudian berkembang menjadi ide perbaikan muncul dengan desain berkelanjutan untuk lingkungan yang berkonsep waterfront. Waterfront merupakan pengembangan daerah tepian air, baik pantai, sungai ataupun danau. Diartikan pula suatu proses dari hasil pembangunan wilayah perkotaan yang berada dekat dengan air. Di mana pengembangan wajah kota berorientasi ke arah perairan.

Tujuan penelitian ini mengetahui proses implementasi kebijakan tentang pengelolaan sungai di Kota Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian (lembaga, masyarakat dan lain-lain). Penelitian dilaksanakan menggunakan teori implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle yang menyebutkan keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian (tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan pengelolaan sungai di Kota Banjarmasin sudah efektif dilaksanakan, meskipun masih belum optimal karena anggaran untuk pelaksanaan program yang belum mencukupi. Dengan demikian, secara teoritis, teori Grindle dapat dikatakan masihberlaku dan relevan secara faktualitas di lapangan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih manfaat baik secara teoritis, praktis maupun metodologi khususnya di bidang kajian yang berhubungan dengan implementasi kebijakan pengelolaan sungai di Kota Banjarmasin.

Kata Kunci : Waterfront, Implementasi Kebijakan, Pengelolaan Sungai