Perkantoran pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan secara topografi terletak lebih tinggi dibandingkan topografi pusat Kota Banjarbaru. Jika terjadi hujan atau kelebihan air pada lokasi perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan maka air tersebut akan menuju pusat kota Banjarbaru. Pembuatan drainase dengan penampungan air (embung) di ujungnya adalah salah satu tindakan teknis yang dapat dilakukan untuk menangani genangan air. Diperlukan studi kasus untuk mengetahui apakah dengan pembangunan penampungan air atau embung dikawasan perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan dapat mengatasi genangan.

Pada penelitian ini, analisis debit banjir dilakukan menggunakan enam metode yaitu metode haspers, metode Rational Mononobe, metode Weduwen, HSS Nakayasu, HSS ITB 1 dan HSS ITB 2 dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Sedangkan untuk analisis debit andalan menggunakan metode F.J. Mock.

Dari hasil penelitian didapatkan debit banjir menggunakan metode HSS Nakayasu dengan kala ulang 50 tahun sebesar  42,1 m3/det. Debit andalan 80% pada tahun 2003 berkisar antara antara 0,004 m³/det sampai dengan 0,204 m³/detdengan rata-ratanya adalah 0,059 m³/det. Sedangkan debit andalan 90% pada tahun 2010 berkisar antara 0,045 m³/detsampai dengan 0,120 m³/det dengan rata-ratanya adalah 0,071 m³/det.. Selain itu dengan adanya embung dapat mereduksi debit puncak dan mereduksi debit yang masuk ke kawasan kota Banjarbaru mencapai 67%. Berdasarkan keseluruhan hasil analisis disimpulkan bahwa embung Kawasan Perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan dapat menampung debit banjir maksimum yang terjadi dan fungsi embung sebagai pengendali banjir pada kawasan tersebut dapat berfungsi dengan baik.

Kata Kunci: Pengendali Banjir, Embung, Debit Banjir, Debit Andalan