ABSTRAK

Kota Banjarmasin merupakan kota dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Kalimantan Selatan yang memiliki hotspot X sebagai hotspot dengan partisipasi WPSL terendah. Persentase WPS yang mengikuti layanan tes HIV di wilayah hotspot X hanya 31,3% (2017) dan 43,5% (2018). Penelitian ini bertujuan untuk memahami situasi edukasi dan keorganisasian serta pengaruhnya terhadap perilaku WPS pada hotspot X dalam mengakses layanan HIV/AIDS di Kota Banjarmasin. Jenis Penelitian adalah kualitatif dengan grounded theory sebagai desain penelitian. Informan utama penelitian terdiri dari  5 WPSL di Kota Banjarmasin dan 2 informan pendukung yang berasal dari LSM PKBI Kalimantan Selatan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berperan adalah pengetahuan, sikap, persepsi dan keyakinan. Terdapat  perbedaan diantara 2 pola perilaku WPS dalam mengakses layanan HIV/AIDS berdasarkan faktor predisposisi. Faktor penguat yang berperan terdiri atas dukungan peer educator, penjangkau lapangan, serta dukungan keluarga. Dukungan muncikari tidak memiliki peran apapun terhadap perilaku WPS dalam mengakses layanan HIV/AIDS. Faktor pemungkin yang berperan adalah aksesibilitas, keterampilan peer educator, dan keterampilan petugas. Kesimpulannya, situasi edukasi dan keorganisasian berperan terhadap perilaku WPS pada hotspot X dalam mengakses layanan HIV/AIDS di Kota Banjarmasin. Adanya optimalisasi, kerjasama serta koordinasi multisektor dalam pelaksanaan program HIV/AIDS di Kota Banjarmasin diharapkan dapat mengoptimalkan akses WPS ke layanan HIV/AIDS.

Kata Kunci : Perilaku, Wanita Pekerja Seks (WPS), Akses, Layanan HIV/AIDS, PRECEDE-PROCEED Model.