DIGITAL LIBRARY



JUDUL:SESAT PIKIR DALAM TUTURAN WARGANET DI "FACEBOOK"
PENGARANG:YOGA TRI ADHI
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2021-07-07


Penelitian ini bertujuan untuk memahami wujud sesat pikir dalam tuturan warganet di Facebook. Pemikiran yang logis sangat penting dalam memberikan komentar di media sosial karena argumen yang logis dapat dipertanggungjawabkan untuk memecahkan masalah tertentu. Jika pikiran logis tidak dimiliki, seseorang dapat mengalami sesat pikir. Sesat pikir memiliki banyak jenis atau ragam. Hal tersebut menjadi penting untuk diidentifikasi wujudnya. Rumusan masalah penelitian ini ialah bagaimana wujud sesat pikir paling umum dalam tuturan warganet di Facebook.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis pendekatan kualitatif ini didasarkan pada konteks logika berbahasa di Facebook. Data penelitian ini ialah tuturan warganet yang teridentifikasi sebagai sesat pikir. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara ketekunan/keajegan pengamatan terhadap wujud sesat pikir yang ditampilkan.

Simpulan yang diperoleh menunjukkan adanya sepuluh jenis sesat pikir pada lima topik berita yang dipilih dengan bentuk logika tertentu, yaitu: Pertama, ikan haring merah, terjadi pada tuturan warganet yang tidak relevan dengan topik yang sedang dibicarakan. Kedua, orang-orangan sawah, terjadi pada tuturan warganet yang menciptakan argumen baru untuk meninggalkan argumen sebelumnya. Ketiga, ad hominem, terjadi pada tuturan warganet yang dilakukan dengan cara menyerang kepribadian atau situasi tertentu. Keempat, dilema palsu, terjadi pada tuturan warganet dengan memberikan penyempitan makna dari pilihan argumen yang tersedia. Kelima, hasty generalization, terjadi ketika melakukan penarikan simpulan dari sampel yang tidak representatif. Keenam, prejudicial language, terjadi pada penggunaan bahasa yang emosional untuk membuktikan hal yang dianggap sebagai kebenaran. Ketujuh, appeal to faith, yaitu argumen yang diserahkan sepenuhnya kepada takdir tanpa bukti yang memadai. Kedelapan, argumen ketidaktahuan, terjadi ketika argumen dianggap benar hanya karena tidak dapat dibuktikan salah. Kesembilan, slippery slope, terjadi karena argumen yang disimpulkan berasal dari banyak peristiwa yang belum tentu berkaitan. Kesepuluh, analogi lemah, terjadi karena perbandingan dua peristiwa dengan bukti yang tidak lengkap.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI