Informasi penting yang digunakan oleh investor sukuk adalah harga pasar sukuk

yang diterbitkan oleh BEI maupun harga wajar sukuk yang diterbitkan oleh Penilai

Harga Efek Indonesia (PHEI). Hal tersebut merupakan signal atau informasi awal

bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan untuk berinvestasi sukuk.

Penelitian ini adalah penelitian komparatif. Kinerja yang diukur adalah bagi hasil

yang diukur dengan Holding Period Yield (HPY), Yield To Maturity (YTM) dan

Sharpe Index, sedangkan risiko sukuk diukur dengan standar deviasinya. Sukuk

korporasi diklasifikasikan pada sektor keuangan dan nonkeuangan serta jangka

waktu jatuh tempo pendek, menengah dan panjang. Analisis perbandingan

menggunakan Independent Sample t-test dan ANOVA. Unit analisis adalah

perdagangan harian sukuk korporasi di pasar sekunder periode 2017-2019. Hasil

penelitian memperlihatkan bagi hasil rata-rata sukuk yang diperhitungkan dengan

harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga wajarnya. Bagi hasil sukuk

menghasilkan pola pergerakan yang cenderung berbanding terbalik dengan harga

pasar maupun wajar sukuk, sedangkan risiko sukuk berbasis lembaga penerbit

harga memiliki pola pergerakan yang cenderung searah dengan harganya.

Selanjutnya sukuk korporasi sektor non keuangan memliliki rata-rata bagi hasil

yang lebih tinggi namun lebih rentan terhadap risiko dibandingkan dengan sektor

keuangan. Sukuk korporasi dengan jangka waktu jatuh tempo panjang memiliki

rata-rata bagi hasil dan eksposur risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

jangka menengah dan pendek. Pegujian hipotesis memperlihatkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara harga pasar dan harga wajar sukuk korporasi.

Keywords: sukuk, bagi hasil, risiko, harga pasar, harga wajar