DIGITAL LIBRARY



JUDUL:ANALISIS PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN DAN LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DALAM PERIODE 2018 – 2020
PENGARANG:DINDA MEITYAWAN
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2021-08-30


Penelitian ini menganalisis dan membuktikan secara empiris perbandingan abnormal return (AR) dan likuiditas saham se-belum dan se-sudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI dalam periode 2018 – 2020. Memanfaatkan metode kuantitatif dan studi peristiwa. Penelitian ini memanfaatkan 30 perusahaan sebagai populasi, sampel diambil memanfaatkan teknik nonprobability sampling dengan penarikan sampling jenuh. Teknik analisis data terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, perhitungan AR, dan perhitungan trading volume activity (TVA). Lalu atas data tersebut dilangsungkan uji normalitas data dan uji beda dua sampel berpasangan memanfaatkan program SPSS versi 26.

Penelitian ini memberikan hasil bahwasanya ditemukan perbedaan AR dan likuiditas saham yang jelas/nampak se-belum dan se-sudah stock split. Hasil penelitian memperlihatkan bahwasanya jika disandingkan dengan keadaan se-belum stock split, tingkat AR saham setelah pemecahan saham mengalami penurunan. Hal ini ditimbulkan lantaran adanya stock split, ketika harga sebuah saham menurun maka return pun akan menghasilkan nilai yang negatif dan selisih dengan return saham satu hari se-belum stock split akan sangat berbeda jauh. Setelah sepuluh hari se-sudah stock split return masih memiliki nilai negatif, keadaan ini bisa disinyalir dikarenakan adanya rasa keragu-raguan yang dimiliki oleh investor untuk melakukan penanaman modal kepada perusahaan yang melakukan stock split. Dikarenakan para investor tidak mau mengalami kerugian dan memilih untuk menunggu perubahan return menjadi positif. Selain itu, juga ada bermacam-macam faktor yang bisa memberikan dampak/pengaruh atas AR saham meliputi faktor makro ekonomi yang antara lain ialah tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan keadaan ekonomi internasional, dan juga faktor mikro meliputi rasio utang atas ekuitas, dan rasio keuangan lainnya. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan Trading Range Theory (Teori Rentang Perdagangan) yang mengatakan bahwasanya dengan penurunan harga dari peristiwa stock split bisa membuat peningkatan atas likuiditas saham yang dikarenakan dengan rendahnya harga saham maka para calon investor kecil juga bisa menjangkau saham tersebut. Hal ini tercermin dengan menurunnya TVA se-sudah stock split jika disandingkan dengan TVA se-belum stock split, yang berarti dengan dilangsungkannya stock split belum tentu bisa membuat peningkatan atas likuiditas saham sebuah perusahaan, dikarenakan selain harga saham juga terdapat bermacam-macam faktor lainnya yang juga bisa menjadi pengaruh atas likuiditas saham sebuah perusahaan, misal seperti faktor ekonomi makro yang antara lain ialah adanya kenaikan tingkat suku bunga dan faktor internal meliputi kinerja perusahaan itu sendiri.

Dengan demikian, stock split pada 30 perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2018 – 2020 berdampak kepada penurunan AR saham di 18 perusahaan dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 2,87%, dan peningkatan AR saham di 12 perusahaan dengan rata-rata persentase peningkatan sebesar 0,94%. Penurunan tingkat likuiditas saham di 29 perusahaan dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 0,80%, dan peningkatan likuiditas saham di 1 perusahaan dengan persentase peningkatan sebesar 0,01%.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI