Sungai Amandit merupakan sungai di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat terutama air bersih. Tingginya kadar kontaminan yang disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir serta intensitas hujan yang tinggi pada hulu sungai. Pasokan air seringkali terhenti diaktibatkan oleh pompa distribusi air yang terendam sehingga air bersih yang sampai pada tangan masyarakat masih dalam keadaan tercemar. Oleh karena itu, dilakukan penerapan metode elektrokoagulasi sebagai alternatif pengolahan air bersih. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulan (penggumpalan) kontinu dengan menggunakan arus listrik DC melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit dimana elektrodanya adalah aluminium. Penelitian ini menggunakan elektroda aluminium dengan dimensi 20 cm x 10 cm dengan tebal 0,05 mm. Parameter yang diukur yaitu kekeruhan, warna, TSS (Total Suspended Solid), suhu, pH, besi (Fe), mangan (Mn) dan bakteri koliform dengan memvariasikan waktu kontak yaitu 0, 30, 45 dan 60 menit. Tegangan optimum yang digunakan yaitu 12 volt. Dengan jarak antar plat aluminium sebesar 1 cm. Hasil menunjukkan bahwa waktu kontak 60 menit metode elektrokoagulasi efektif dapat memenuhi standar baku mutu air bersih yang disyaratkan dengan nilai efisiensi parameter kekeruhan sebesar 99,93% menjadi 0,33 NTU, TSS sebesar 99,40% menjadi 1,67 mg/L, besi (Fe) sebesar 96,90% menjadi 0,107 mg/L, mangan (Mn) sebesar 94,50% menjadi 0,38 mg/L, suhu berkisar antara 28,1 – 28,4 °C dan pH berkisar antara 7,32 – 7,5. Sementara itu, efisiensi penyisihan parameter warna sebesar 86,44% menjadi 66,53 TCU dan total bakteri koliform sebesar 61,67% menjadi 536,67 MPN/ 100 ml, masih diatas standar baku mutu air bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 yaitu 50 TCU warna dan 50 MPN/100 ml bakteri koliform.