Peristiwa Jumat Kelabu tahun 1997 di Kota Banjarmasin merupakan peristiwa konflik kerusuhan kampanye pemilu yang terjadi pada era Orde Baru. Konflik kerusuhan ini terjadi pada tanggal 23 Mei 1997. Peristiwa ini menyebabkan kerugian yang besar baik materi maupun non materi. Penjarahan, pembakaran, pengrusakan dilakukan oleh massa hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Kerusuhan ini memberikan banyak dampak diberbagai aspek, salah satunya dampak pada aspek psikologis berupa guncangan psikis terhadap masyarakat Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kronologi peristiwa Jumat Kelabu serta dampak psikologis terhadap masyarakat Banjar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Tahap pertama yakni Heuristik, tahap pengumpulan data. Data didapatkan melalui 2 hal yakni pertama, sumber lisan berupa wawancara bersama masyarakat Banjar yang mengalami langsung peristiwa Jumat Kelabu. Kedua, sumber tertulis berupa buku, skripsi, jurnal diperoleh dari internet dan surat kabar diperoleh dari perpustakaan daerah Banjarmasin. Setelah mendapatkan data dilakukan tahap kedua yakni Kritik, baik kritik internal dan kritik eksternal. Setelah dikritik selanjutnya tahap ketiga yakni Interpretasi dan tahap terakhir adalah Historiografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guncangan psikis berupa Trauma Emosional yang masyarakat Banjar alami mencakup tiga emosi yakni rasa takut, rasa sedih dan rasa benci. Pemberlakuan jam malam membuat masyarakat merasa takut. Kesedihan yang melanda keluarga korban hilang maupun tewas. Rasa benci terhadap aparat keamanan yang berperilaku kasar. Meskipun demikian, untuk menjalani kehidupan yang terus berlangsung masyarakat Banjar tetap berupaya untuk memulihkan diri dari Trauma Emosional yang dialami.

Dapat disimpulkan bahwa peristiwa Jumat Kelabu di Kota Banjarmasin telah memberikan guncangan psikis berupa Trauma Emosional, namun masyarakat Banjar berupaya untuk memulihkan diri dari trauma tersebut.