Sayuran sangat digemari oleh masyarakat karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein, nabati dan serat. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang sangat mudah dibudidayakan baik pada daerah dingin maupun panas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaplikasian bio-insektisida Beauveria bassiana dengan dosis berbeda serta mengetahui dosis terbaik dalam menekan intensitas kerusakan tanaman sawi. Penelitian ini dilakasanakan selama dua bulan dimulai pada bulan Maret 2021-Mei 2021 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan Laboratorium Produksi Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)  satu faktor, yang  terdiri  dari 5 perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali sehingga didapatkan 25 satuan percobaan masing-masing 3 sampel sehingga membutuhkan 75 tanaman. a1 : Tanpa perlakuan (kontrol dengan air), a2 : 20 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air, a3 : 30 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air, a4 : 40 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air,a: 50 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air.

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian bio-insektisida Beauveria bassiana pada tanaman sawi berperngaruh sangat nyata pada intensitas serangan umur 14 hst dan 21 hst. Pada umur 14 hst tanaman sawi tanpa perlakuan (kontrol) menunjukkan intensitas serangan hama sebesar : a1 (7.55%) sedangkan yang diberikan aplikasi Beauveria bassiana intensitas serangan hama hanya a2 (5.03%), a3 (3.49%), a4 (3.75%) serta a5 (2.94%). Pada umur 21 hst tanaman sawi tanpa perlakuan (kontrol) menunjukkan intensitas serangan hama sebesar : A1 (8,85%) sedangkan yang diberikan aplikasi Beauveria bassiana intensitas serangan hama hanya a2 (6.68%), a3 (5,39%), a4 (4,81%) serta a5 (4%).

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Bioinsektisida Beauveria bassiana memberikan pengaruh terhadap intensitas serangan hama. Produk bio-insektisida yang mengandung bahan aktif Beauveria bassiana yang paling baik adalah a5 : 50 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air.). Namun, jika dilihat dari segi ekonomi dan juga konsentrasi dosis lebih direkomendasikan perlakuan a3 : 30 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air dikarenakan perbedaan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan a5 : 50 (4,5 x 10¹⁰) / 500 mL air.).