Penentuan prekursor SS adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi diskontinuitas pada kedalaman tertentu. Pada penelitian ini diamati fase SS yang akan menjadi titik acuan untuk melihat prekursor sebelum fase SS tiba. Salah satu faktor penting untuk melakukan penelitian ini adalah penentuan titik bouncepoint daerah penelitian. Terdapat lebih dari 38 seismogram yang akan diamati prekursor SS-nya. Untuk menentukan titik bouncepoint yang tepat berada disebelah utara Pulau Sumatera digunakan software Matlab dan bahasa pemrograman C++ untuk memproses persamaan-persamaan yang akan digunakan. Data seismogram yang digunakan memiliki kedalaman kurang dari 70 km, magnitude gempa lebih dari 5,5 SR, dan jarak penerima stasiun terhadap sumber gempa lebih dari 100o. Hal ini dilakukan agar data seismogram yang didapatkan lebih mudah untuk dianalisis. Data yang didapatkan masih berupa komponen horisontal utara-selatan dan horisontal barat-timur yang kemudian dirotasikan untuk mendapatkan komponen transversal. Pada data seismogram komponen transversal dilakukan low pass filter pada frekuensi 0,03 Hz untuk menyaring noise yang merupakan gangguan dari data seismogram. Seismogram yang telah difilter akan lebih mudah untuk ditentukan fase SS-nya dan dipotong beberapa menit setelah terlihat. Fase SS yang sudah dipotong, diplot sesuai dengan jarak dan waktu tempuh terhadap stasiun penerima, dan akan terlihat kemiringan fase SS. Fase SS yang terlihat pada rekaman seismogram diubah waktu munculnya menjadi 0 detik sebagai acuan untuk mengamati prekursor SS yang akan terbentuk pada trace-trace seismogram sebelum SS. Teramati pada waktu sekitar 450 detik, 300 detik, 90 detik dan 50 detik sebelum SS. Namun prekursor SS yang dapat teramati dengan jelas hanya pada waktu kisaran 450 detik sebelum SS dan 300 detik sebelum SS.
 
Kata kunci: Bouncepoint, Diskontinuitas, Prekursor SS