Insiden diare pada balita usia 12-59 bulan di Indonesia mencapai 6,7% dan menempati posisi nomor dua terbanyak sebagai penyebab kematian balita setelah kematian akibat pneumonia. Kabupaten Banjar menempati urutan pertama kasus diare tertinggi dari 13 kabupaten lainnya yg ada di provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 2.288 kasus. Puskesmas yang memiliki kasus diare balita terbanyak adalah Puskesmas Martapura Timur sebanyak 400 kasus diare dari total balita dengan 127,55%. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Martapura Timur. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 12-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Martapura Timur. Jumlah sampel sebanyak 132 responden yang dipilih menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji Chi-square, menunjukkan bermakna secara signifikan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kejadian diare pada balita adalah pengetahuan (p=0,0001), pemberian ASI eksklusif (p=0,0001), penggunaan botol susu (p=0,002), pendidikan ibu (p=0,0001), pendapatan (p=0,0001) dan perilaku cuci tangan pakai sabun (p=0,0001). Kesimpulan dari penelitian ini, pengetahuan, pemberian ASI eksklusif, penggunaan botol susu, pendidikan, pendapatan dan cuci tangan pakai sabun adalah ada berhubungan dengan perilaku pencegahan kejadian diare di wilayah Puskesmas Martapura Timur. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan perilaku perilaku pencegahan yang baik agar terhindar dari faktor risiko penyakit diare.
 
Kata-kata Kunci: pengetahuan, pemberian ASI eksklusif, penggunaan botol susu, pendidikan, pendapatan, cuci tangan pakai sabun