Paku Beto merupakan desa yang berada di daerah dataran rendah memiliki luas wilayah 23 km²dengan fasilitas kesehatan masih sangat minim. Tujuan penelitian ini adalah menentukan jumlah, mengetahui khasiat, menetapkan bagian tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan, cara penggunaan, serta menetapkan hasil skrining fitokimia tumbuhan berkhasiat obat. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi dengan pengumpulan data dibantu kuesioner. Jumlah informan yang memenuhi kriteria dan bersedia terlibat dalam penelitian ada 6 informan. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat 69 jenis tumbuhan yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati 34 jenis penyakit, terdapat tiga jenis tumbuhan khas yang oleh masyarakat digunakan sebagai pengobatan tetapi belum banyak ditemukan referensi pendukung yaitu ikumpit, kanilan, dan kinsu. Bagian tumbuhan yang digunakan ada 12 yang meliputi akar, batang, kulit batang, air batang, getah batang, daun, air pucuk daun, bunga, buah, umbi, air umbi, dan rimpang. Penggunaan daun sebagai obat tradisional paling sering dengan persentase 30,67%. Cara pengolahan ada 9 yaitu direbus, diseduh, dihiris, ditumbuk, direndam, diparut, tanpa pengolahan, dibakar, dan dikikis. Direbus memiliki persentase 36,84% merupakan cara pengolahan terbanyak. Cara penggunaan ada 10 yaitu diminum, dimandikan, dikunyah, dioles, timung, dikumur, dimasukkan kedalam lubang gigi, dimakan, ditempel, dan ditetes. Cara yang paling sering digunakan ada diminum dengan persentase 40,79%. Skrining fitokimia dan KLT terdapat tiga jenis tumbuhan khas menunjukkan adanya kandungan golongan senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, steroid, serta fenol dan beberapa diantaranya berpotensi antioksidan.

Kata kunci: Etnobotani, Dayak Ma’anyan, Obat, Paku Beto, Tumbuhan