Umbi Ampelocissus rubiginosa Lauterb. secara empiris digunakan sebagai obat luka. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas penyembuhan luka bakar dari gel ekstrak etanol umbi A. rubiginosa pada tikus berdasarkan pengamatan intensitas warna luka dan histopatologi jaringan, serta menentukan efek iritasi subkutan. Tikus dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Setiap kelompok dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (gel tanpa ekstrak), kontrol positif (gel Bioplacenton®), dan kelompok uji (gel ekstrak etanol umbi A. rubiginosa 2,5%). Luka bakar dibuat dengan menempelkan solder listrik berdiameter 1,8 cm pada punggung tikus dengan suhu 100 ? C selama 9 detik. Lima ratus mg gel dioleskan dua kali sehari. Pengamatan intensitas warna dilakukan setiap hari. Pada hari akhir perlakuan, organ kulit diambil untuk pembuatan preparat histopatologi. Iritasi subkutan dievaluasi dengan mengamati perbedaan berat benang wol. Hasil penelitian menunjukkan kelompok uji dapat menurunkan intensitas warna luka, meningkatkan pembentukan kolagen, ditunjukan oleh analisis statistik yang tidak berbeda bermakna dengan Bioplacenton® pada hari ke-21. Kelompok uji dapat meningkatkan pembentukan kelenjar sebasea pada hari ke-14, dan mengalami penurunan infiltrasi sel radang pada hari ke- 14 dan 21, serta tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan pembawanya pada uji iritasi subkutan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak etanol umbi A.rubiginosa memiliki aktivitas penyembuhan luka bakar derajat IIA serta tidak menimbulkan iritasi subkutan.
Kata kunci: Ampelocissus rubiginosa, ekstrak etanol, luka bakar, intensitas warna, histopatologi, iritasi.