Gangguan kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis yang meliputi rasa khawatir, cemas serta gelisah.Kecemasan menyebabkan muculnya gejala somatik yang dapat menyebabkan iritabilitas, ketegangan otot, rasa gelisah. Pada saat menderita kecemasan, kadar norepinefrin dalam darah dapat mengalami peningkatan melului sistem saraf simpatis. Hal tersebut menimbulkan aktivitas parafungsional seperti bruxism. Bruxism merupakan kebiasaan buruk menggertakkan dan mengatup gigi berlebihan secara tidak sengaja yang melibatkan aktivitas otot mastikatori sehingga mengakibatkan masalah klinis pada gigi geligi yang terlibat seperti terjadinya atrisi, fraktur gigi serta peningkatan sensitivitas dan derajat mobilitas gigi, eksostosis dan torus pada tulang rahang, hipertrofi otot pengunyahan, kerusakan jaringan periodontal, serta menyebabkan timbulnya sakit kepala dan kerusakan sendi temporomandibular.Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan bruxism pada dewasa . Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan prosedur naratif review. Penelusuran literatur menggunakan database Google Schoolar, Pubmed, dan Science Direct. Penelitian ini dimulai dengan merumuskan permasalahan dan topik yang sesuai dengan interest atau isu, lalu dilanjutkan dengan mencari literatur yang ada sesuai kata kunci. Literatur yang didapat dilakukan screening berdasarkan kriteria inklusi. Data yang didapat dianalisis dan diinterpretasi. Hasil menunjukkan viii bahwa kecemasan dan bruxism paling banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki, karena perempuan memiliki perasaan emosional yang negatif serta cenderung berlebihan dalam mengekspresikan kecemasan yang menyebabkan bruxism. Kecemasan yang timbul memiliki pengaruh terhadap terjadinya bruxism khususnya pada dewasa, yang merupakan umur produktif seseorang dalam bekerja dan dapat menyebabkan dampak buruk. Salah satu masalah yang ditimbulkan kecemasan yaitu bruxism yang dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia yang mengarah masalah kerusakan pada struktur pendukung gigi, keausan gigi, patah tulang, keausan restorasi gigi atau implant, gangguan temporomandibular dan mukuloskeletal yang mengakibatkan nyeri pada wajah.