DIGITAL LIBRARY



JUDUL:Konflik Selera dalam Sepuluh Cerpen Indonesia (Kajian Gastronomi Sastra)
PENGARANG:Nur Anggia Febrina
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2022-09-06


 

ABSTRAK

Febrina, Nur Anggia. 2022. Conflict of Taste in Ten Indonesian Short Stories (Study of Literary Gastronomy). Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Pembimbing (1) Dr. Sainul Hermawan, M.Hum.; Pembimbing (2) Dr. Rusma Noortyani, M.Pd.

Kata kunci: gastronomi sastra, konflik, cerpen

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna konflik selera dalam sepuluh cerpen Indonesia. Penelitian ini termasuk kajian gastronomi sastra. Sumber data penelitian ini adalah sepuluh cerita pendek yang diterbitkan oleh Detik.com, Kompas, Republika, Jawa Pos, dan Bhirawa. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dengan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis penokohan. 

Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwakonflik selera berbentuk eksternal (konflik sosial dan fisik) dan internal (konflik batin). Cerpen "Sambal di Ranjang", "Sambal Terasi", "Masakan Ibu dan Bumbu-bumbu di Halaman Rumah", "Aroma", "Bukan Kecap Oriental", "Nastar dan Dosa-Dosa Lainnya", "Meja Makan Bundar", dan "Nasi Orang Mati" memuat konflik selera berbentuk konflik sosial. Para tokoh yang berkonflik memiliki kuliner andalan masing-masing dengan kriteria tertentu. Mereka merasa kuliner andalannya lebih baik sehingga memicu konflik selera berbentuk konflik sosial. Berikutnya adalah konflik selera berbentuk konflik fisik yang terdapat dalam cerpen "Setelah Beras Datang". Konflik tersebut melibatkan konflik antara tokoh dengan kondisi alam di daerahnya yang memengaruhi selera kulinernya. Bentuk konflik selera yang terakhir adalah konflik batin yang terdapat pada cerpen “Bolu Delapan Jam”. Konflik batin terjadi pada tokoh aku karena selera makan ayahnya terhadap bolu delapan jam yang membuat ibunya turut memakan kue itu padahal ibunya sedang mengidap diabetes. Kemudian, konflik selera memiliki fungsi positif yang dilihat dari segi struktural, segi solidaritas, dan segi identitas. Fungsi positif dari segi identitas dominan karena konflik selera dapat membantu mengidentifikasi identitas tokoh-tokoh yang berkonflik. Perilaku tokoh saat berkonflik mengenai kuliner dapat menjadi landasan untuk menentukan identitasnya. Fungsi positif konflik selera ditelaah untuk mengemukakan sisi baik dari konflik karena selama ini konflik dinilai hanya sebagai sesuatu yang negatif. Berikutnya, konflik selera yang telah dipaparkan mengandung makna di baliknya setelah melalui analisis unsur intrinsik. Makna konflik selera dapat merepresentasikan konflik ideologi, kelas, peran gender, dan identitas kecuali pada cerpen “Setelah Beras Datang” dan “Bukan Kecap Oriental” karena kedua cerpen itu hanya menampilkan identitas sosial tokoh.

 

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI