DIGITAL LIBRARY



JUDUL:EKSPLORASI CENDAWAN ANTAGONIS ASAL LAHAN BASAH UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus sp.) PADA TANAMAN KARET SECARA IN VITRO
PENGARANG:KURNIA UTAMI DEWY
PENERBIT:FAKULTAS PERTANIAN
TANGGAL:2018-08-28


KURNIA UTAMI DEWI. Eksplorasi cendawan antagonis asal lahan basah untuk
mengendalikan penyakit JAP pada tanaman karet. (Di bawah bimbingan Hj.
Mariana dan H. Samharinto).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cendawan asal lahan basah
yang bersifat antagonis yang mampu menghambat pertumbuhan JAP. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2018 yang bertempat di
Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru. Sampel tanah dan patogen jamur akar putih berasal dari perkebunan
karet lahan basah di Desa Damar, Kecamatan Banjang, Hulu Sungai Utara dan
sampel isolat endofit berasal dari tanaman karet jelutung yang ada di
Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Metode penelitian yang digunakan di lapangan yaitu
metode eksploratif. Kegiatan dilanjutkan di laboratorium yang meliputi
identifikasi cendawan patogen, uji skrenning berdasarkan persentase daya hambat
menggunakan metode dual culture antara patogen dan isolat uji (Amaria et al.,
2014), pengamatan mekanisme interaksi menggunakan metode media kubus dan
uji viabilitas yaitu menghitung perkecambahan spora (Herlinda et al., 2016).
Penelitian dilaboratorium ini disusun menggunakan RAL (Rancangan Acak
Lengkap) satu faktor yaitu agens antagonis. Data hasil pengamatan tersebut
dianalisis dengan analisis ragam dan untuk membedakan pengaruhnya digunakan
uji BNT (beda nilai tengah). Hasil eksplorasi didapatkan 14 isolat asal rhizosfer
karet dan 10 isolat asal endofit jelutung rawa. Hasil uji skrenning berdasarkan
daya hambat didapatkan lima isolat terpilih sebagai agens antagonis yaitu isolat
I13K3R, I7K3R, I1K2R, I6K2R dan I1E dengan persentase daya hambat berturutturut
yaitu 95,00%, 83,00%, 76,50%, 62,50% dan 53,00%. Hal ini sejalan dengan
penelitian Ubogu (2013), yang menyatakan bahwa agens pengendali mempunyai
persentase penghambatan >50%. Lima isolat tersebut juga mempunyai
kemampuan mekanisme interaksi kompetisi ruang dan parasitisme. Menurut DPP
(2014), syarat viabilitas suatu agens antagonis yaitu mempunyai persentase >60%
dan hasil penelitian menunjukkan lima isolat agens antagonis mempunyai
persentase >60% yaitu kisaran 72,85%-88,05%. Berdasarkan uji skreening untuk
daya hambat, viabilitas, mekanisme interaksi kompetisi ruang dan parasitisme,
kelima isolat tersebut berpotensi sebagai agens antagonis.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI