DIGITAL LIBRARY



JUDUL:PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) SEBAGAI BAHAN PENJERNIH AIR
PENGARANG:RIDA ANSYARI
PENERBIT:FAKULTAS PERTANIAN
TANGGAL:2018-08-29


Rida Ansyari. Pemanfaatan Limbah Cangkang Bekicot (Achatina fulica) sebagai Bahan Penjernih Air, di bawah bimbingan Ibu Prof. Dr. Ir. Hesty Heryani, M.Si dan Bapak Agung Nugroho, S.TP, M. Sc, Ph.D
Bekicot (Achatina fulica) merupakan Mollusca bercangkang yang hidup di tempat yang lembab. Dagingnya yang kaya akan protein banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai makanan. Sebagian besar pemanfaatan bekicot hanya pada daging atau ototnya. Di Indonesia potensi bekicot sebagai pakan ternak rata-rata meningkat sebesar 7,4% per tahun, tetapi tidak jarang cangkang bekicot dibuang begitu saja dan dibiarkan membusuk yang akhirnya akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Cangkang bekicot mengandung 20%-50% zat kitin. Salah satu alternatif upaya pemanfaatan limbah cangkang bekicot agar memiliki nilai dan daya guna limbah cangkang bekicot menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi adalah pengolahan menjadi kitin dan kitosan (Rahmadani et al., 2011).
Kitosan memiliki kemampuan sebagai koagulan karena memiliki banyak kandungan nitrogen pada gugus aminanya. Gugus amina dan hidroksil menjadikan kitosan bersifat lebih aktif dan bersifat polikationik, sifat tersebut dimanfaatkan sebagai koagulan dalam pengolahan air. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pengolahan hasil usaha dari wirausaha berbasis bekicot, berupa cangkang bekicot menjadi bahan penjernih air dan memperoleh informasi kemampuan limbah cangkang bekicot tersebut dalam perannya sebagai penjernih air.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor dengan 6 perlakuan dan 1 kontrol dengan 2 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan larutan kitosan dengan variasi larutan kitosan
ii
setiap ulangan. Pembuatan kitosan menggunakan metode yang dilakukan Kusumaningsih et al., (2004). Analisis kualitas air untuk mengukur kekeruhan menggunakan metode SNI 06.6989.25-2005, mengukur pH menggunakan metode SNI 06.6989.11.2004, mengukur mengukur BOD menggunakan metode SNI 6989.72.2009, mengukur COD menggunakan metode APHA Section 5220-C-2012, dan mengukur TSS menggunakan metode SNI 06-6983.3-2004.
Hasil penelitian terhadap rendemen kitosan menunjukkan rata-rata rendemen kitosan yang diperoleh sebesar 9,46%. Pada uji kualitas air menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05) dengan nilai asymp sig.0,00 terhadap kekeruhan, pH, BOD, COD dan TSS. Berdasarkan uji DMRT menunjukan bahwa kekeruhan, pH, BOD, dan COD terbaik terdapat pada konsentrasi kitosan 0,4% dapat menurunkan tingkat kekeruhan menjadi 14,18 NTU, sementara kadar BOD dapat menurunkan menjadi 2,45 mg/L dan menurunkan kadar COD menjadi 12,20 mg/L.
Berdasarkan uji DMRT menunjukkan kadar TSS terbaik konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% tidak memiliki perbedaan yang nyata karena masing-masing nilai memiliki nilai sig.0,352, 0,116, 0,205, dan 0,205, sedangkan pada konsentrasi 0% (kontrol) dan 1,2% memiliki perbedaan yang nyata karena memiliki nilai sig.1,000. Khusus pH, semakin banyak konsentrasi koagulan kitosan yang ditambahkan maka pH akan makin turun yang dikarenakan konsentrasi koagulan sudah bersifat asam. Konsentrasi terbaik yang direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas air khususnya sebagai bahan penjernih air sungai pada pemanfaatan limbah cangkang bekicot yang diolah dalam bentuk produk kitosan adalah konsentrasi 0,4%.
Kata Kunci : Achatina fulica, Kitin, Kitosan, BOD, COD, TSS.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI