DIGITAL LIBRARY



JUDUL:Strategi Pengelolaan Habitat Bekantan di Luar Kawasan Konservasi Dalam Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus)
PENGARANG:Amalia Rezeki
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2023-04-10


AMALIA REZEKI, NIM 1840511320003. StrategiPengelolaan Habitat Bekantan di Luar Kawasan Konservasi Dalam Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus). Ketua Komisi Pembimbing : Gusti Muhammad Hatta, Anggota Komisi Pembimbing 1 : Yudi Firmanul Arifin, Anggota komisi Pembimbing 2 : Rizmi Yunita.

 Bekantan sebagai maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan dan merupakan primata endemik Kalimantan menyandang status terancam punah dinyatakan oleh lembaga konservasi internasional IUCN yang dirilis resmi tahun 2008. Ancaman kepunahan bekantan disebabkan alih fungsi lahan yang berakibat kerusakan habitat, kebakaran hutan, perburuan liar dan perdagangan liar ilegal. Konservasi bekantan harus segera dilakukan, mengingat keberadaannya sebagai indikator biologi yang menjaga keseimbangan ekosistem lahan basah berdampak pada kehidupan manusia. Kunci penyelamatan bekantan adalah menyelamatkan habitatnya dengan berbasiskan pemberdayaan masyarakat. Sebaran bekantan di habitatnya lebih banyak berada di luar kawasan konservasi yang sangat rentan beralih fungsi. Strategi pengelolaan habitat sangat penting sebagai langkah konservasi bekantan, namun masih belum ada penelitian mengenai pengelolaan habitat bekantan di luar kawasan konservasi.Penentuan strategi pengelolaan sebuah kawasan dapat dilakukan dengan pendekatan analisisStrategy-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT)yang menentukan berbagai upaya strategis untuk pengelolaan sebuah kawasan. Penelitian mengenai “Strategi Pengelolaan Habitat Bekantan di Luar Kawasan Konservasi dalam Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus) mengambil studi kasus pengelolaan habitat bekantan diKawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, sebagai solusi untuk mengelola populasi bekantan dan habitatnya yang berada di luar kawasan konservasi.

Tujuan penelitian adalah : (1) Menganalisis kondisi aspek ekologi bekantan dan habitatnya di kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala; (2) Menganalisis kondisi aspek sosial budaya masyarakat lokal sekitar habitat bekantan di kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala; (3) Menganalisis kondisi aspek sosial ekonomi masyarakat lokal sekitar habitat bekantan di kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala; (4) Memformulasikan strategi pengelolaan yang tepat untuk habitat bekantan di Kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kualasebagai upaya konservasi bekantan. 

Hasil penelitian memberikan data kondisi kawasan Pulau Curiak dengan lingkup 3 aspek yaitu ekologi, sosial budaya, dan sosial ekonomi, kemudian hasil data 3 aspek tersebut diformulasikan dengan analisis SWOT. Pada aspek ekologi menunjukkan bahwa kualitas air dan udara di kawasan Pulau Curiak masih berada dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan pedoman baku mutu air dan udara; populasi bekantan, terdapat 3 kelompok dengan jumlah individu 30 ekor; aktivitas tertinggi harian bekantan, yaitu aktivitas istirahat 41,56%; jelajah harian bekantan rata-rata 86,25 m; jenis tegakan mangrove yang menjadi pakan utama bekantan ada 5 jenis yaitu mangrove rambai, beringin/panggang, waru, putat, dan jingah. Aspek sosial budaya masyarakat dengan 60 responden menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan bekantan dan habitatnya rata-rata melebihi dari 50%; persepsi masyarakat terhadap keberadaan bekantan dan habitatnya rata-rata melebihi dari 50%; dan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan bekantan dan habitatnya lebih dari 80%. Aspek sosial ekonomi masyarakat ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat per bulan masuk dalam rentang Rp 1.000.000 – 2.000.000; pemanfaatan jasa ekosistem terhadap habitat bekantan berpotensi mengembangkan perekonomian masyarakat desa setempat, total ada 3 desa yang menjadi penyangga habitat bekantan. Potensi perekonomian yang dapat diperoleh secara langsung yaitu dengan optimalisasi pengembangan ekowisata bekantan dan mangrove yang berkolaborasi dengan komunitas, Pemerintah, Akademisi, Private Sector, dan Media.

Analisis SWOT berdasarkan data 3 aspek menghasilkan strategi pengelolaan bekantan dan habitatnya di Kawasan Pulau Curiak yang berada pada Kuadran 1 yaitu program pertumbuhan agresif (growth oriented strategy), situasi yang sangat menguntungkan, karena memiliki kekuatan dan dapat mengoptimalkan peluang yang ada. Potensi besar dari sisi keanekaragaman hayati sangat mendukung pengembangan kawasan Pulau Curiak sebagai pusat riset, edukasi, dan pariwisata minat khusus yang berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. Kelemahan dan tantangan pengembangan kawasan Pulau Curiak dapat diatasi dengan menguatkan kolaborasi semua stakeholder.Pada strategi agresif ini, pengelolaan kawasan harus menghindari atau mengatasi faktor-faktor yang bersifat ancaman, sedangkan peluang yang ada harus segera dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan segenap kekuatan.

Ada 16 strategi pengelolaan habitat bekantan di luar kawasan konservasi dengan studi kasus di Kawasan Pulau Curiak untuk melindungi bekantan, berdasarkan urutan prioritas yaitu : Mengoptimalkan pengelolaan kawasan sesuai dengan potensi sumber daya alam hayati; Meningkatkan program restorasi mangrove (pembibitan, penanaman, pemeliharaan) ; Meningkatkan promosi pasar ekowisata skala internasional; Meningkatkan kegiatan penelitian tentang bekantan dan ekosistemnya (termasuk survei dan monitoring) bekerjasama dengan lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat; Mengembangkan produk ekonomi kreatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal; Mengembangkan sarana prasarana yang menunjang riset dan edukasi di kawasan Pulau Curiak; Menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat lokal dengan kolaborasi pentahelix (Pemerintah, Akademisi, Community, Badan Usaha, dan Media); Meningkatkan program buybackland; Membangun jejaring internasional untuk funding kegiatan sosial; Penguatan kemampuan sumber daya manusia melalui Pendidikan dan pelatihan; Pembuatan papan informasi, larangan dan himbauan di sekitar kawasan ; Penegakan hukum secara persuasif terhadap pelaku perusak hutan; Sosialisasi, komunikasi antar stakeholder, penyadartahuan dan pelibatan masyarakat setempat dalam restorasi mangrove; Meningkatkan pengawasan area konservasi untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan; Sosialisasi kepada masyarakat tentang mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar; Penanganan efektif atas limbah dan pencemaran air, tanah, dan udara serta dampak kepada masyarakat setempat.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI