Kendaraan bermotor merupakan sumber emisi terbesar di wilayah perkotaan yang berasal dari gas buang knalpot kendaraan. Kota banjarbaru merupakan kota yang berkedudukan strategis dan penting, khususnya dalam sistem transportasi darat yang memiliki akses penghubung beberapa kabupaten maupun kota sehingga tingkat mobilitas pada kota ini cenderung tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persentase responden yang melakukan perpindahan dari kendaraan pribadi ke transportasi jenis BRT yaitu Bus Trans Banjarbakula dan selanjutnya mengestimasikan penurunan emisi CO2 dari perpindahan tersebut. Penelitian ini juga menganalisis mengenai aspek yang berhubungan paling erat dengan peningkatan layanan Bus Trans Banjarbakula di Kota Banjarbaru. Perhitungan CO2 emisi pada penelitian ini menggunakan pendekatan PERMENLH Nomor 12 Tahun 2010 dengan data yang didapatkan melalui wawancara dan kuesioner kepada 100 orang responden melalui metode puposive sampling. Hasil dari penelitian ini terdapat sebanyak 65% responden melakukan perpindahan dari kendaraan pribadi ke transportasi bus, 26% tidak ingin berpindah moda transportasi, dan 9% lainnya menyatakan sudah menggunakan bus sebagai transportasi sehari-hari. Dari hasil perpindahan tersebut, didapatkan estimasi penurunan emisi CO2 sebesar 485,225 ton CO2/tahun. Selanjutnya uji korelasi rank Spearman dilakukan menggunakan software SPSS. Aspek yang memiliki hubungan paling erat dengan tingkat penggunaan layanan bus yaitu aspek ekonomi dengan alasan bahwa layanan bus ini dapat menghemat bahan bakar, mengurangi biaya perawatan kendaraan, dan biaya yang dikeluarkan untuk menaiki bus dapat dijangkau seluruh kalangan.

Kata kunci: bus rapid transit, emisi, kendaraan pribadi, mitigasi