ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING
(Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Malang Kabupaten Hulu Sungai Utara)
Olya Radiati
Stunting menurut World Health Organization (WHO) adalah kurangnya pertumbuhan panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas <-2 SD. Berdasarkan data penilaian status gizi (PSG) baduta pendek di Indonesia pada tahun 2015, kejadian stunting pada baduta di Kalimantan Selatan sebesar 30,9% dan kejadian stunting pada baduta di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 39,4%. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara pada tahun 2017, wilayah yang tertinggi mengalami stunting adalah wilayah kerja Puskesmas Sungai Malang sebesar 46,6%. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat karena ≥ 20%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Sungai Malang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control. Sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki baduta yang terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi-square. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting (p-value = 0,028 dan OR = 3,429) dan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian stunting (p-value = 0,015 dan OR = 0,261). Sedangkan tingkat pendidikan ibu dan umur ibu tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Kesimpulan dari penelitan ini adalah ada hubungan antara pendapatan keluarga dan pekerjaan ibu berhubungan dengan kejadian stunting.
Kata-kata kunci: stunting, pendapatan keluarga, pekerjaan ibu