ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA SICK BUILDING SYNDROME (SBS) PADA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (TTK) DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Alpinah
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gangguan kesehatan atau gejala-gejala tidak jelas seperti mata pedih, mata merah, mual, pusing, batuk, badan panas, lesu, bersin, sering buang air, dan tenggorokan kering yang di derita seseorang ketika berada didalam gedung/ruangan kerja tertutup dan berpendingin ruangan. Penghuni gedung di Singapura dilaporkan bahwa dari 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala SBS, di Amerika Serikat ditemukan fakta bahwa sebanyak 8.000 hingga 18.000 kasus SBS terjadi setiap tahunnya, dan 350 karyawan dari 18 perusahaan di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2008 juga diperoleh data bahwa 50% orang yang bekerja di dalam gedung mengalami SBS. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan bangunan gedung tinggi dengan beberapa lantai menggunakan Air Conditioner (AC). Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK) harus ada setiap waktu didalam ruangan gedung rumah sakit yang tidak memiliki sirkulasi udara terbuka. Selain itu, TTK juga terpapar sediaan obat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional serta menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah responden 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat atopi (p-value 0,011), masa kerja (p-value 0,027), dan aktivitas fisik (p-value 0,0001). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, umur, riwayat alergi, dan status gizi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara riwayat atopi, masa kerja dan aktivitas fisik terhadap gejala Sick Building Syndrome (SBS).
Kata-Kata Kunci: Sick Building Syndrome (SBS), Riwayat Atopi, Masa Kerja, dan Aktivitas Fisik.