Tragedi kerusuhan Sampit yang terjadi pada tahun 2001 silam telah banyak mngubah kehidupan masyarakat kotaKuala Pembuang 1 Kalimantan Tengah. Tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah Kalimantan Tengah yang berdampak panjang pada seluruh sector kehidupan masyarakat disana. Terdapatperubahan pola interaksi yang menarik dari masyarakat Dayak dan Madura pasca kerusuhan Sampit di Kuala Pambuang 1 sejak tahun 2006 hingga tahun 2017 . Tujuan dari penelitian ini mengetahui latar belakang konflik Dayak-Madura di kota Sampit tahun 2001 yang berdampak pada masayarakat Kuala Pembuang 1 serta mengetahui pola interaksi masyarakat  pasca konflik Sampit di Kuala Pembuang1 tahun 2006-2017.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sejarah, Terdiri dari heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pada tahap heuristik peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara dan dokumentasi terkait tragedi kerusuhan Sampit. Selanjutnya peneliti membandingkan dokumen satu dengan yang lainnya dari hasil wawancara, dan dilanjutkan pada interpretasi yaitu menafsirkan fakta temuan, dan diakhiri pada tahapan historiografi yaitu penulisan hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan kerusuhan Sampit tahun 2001 diawali dengan pembakaran rumah warga Dayak oleh warga Madura di jl. Padat Karya Sampit, kerusuhan ini menyebar sampai Kuala Pembuang I disebabkan oleh adanya pemberontakan dan provokasi oleh oknum warga Madura. Sejak tahun 2006 setelah Kuala Pembuang I terpisah dari Kabupaten Kotawaringin Timur, terdapat pola interaksi masyarakat Dayak-Madura yang lebih intens dilihat dari kegiatan kerjasama, toleransi, mediasi konflik bersama, dan mulai membangun sinergi untuk kemajuan bersama.Kesimpulannya masyarakat Kuala Pembuang 1 dapat kembali membangun interaksi sosial pasca kerusuhan Sampittahun 2001 melalui adanya serangkaian proses sosial.

Katakunci:Interaksi, Etnis, Konflik, Dayak, Madura.