ABSTRAK 

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembuktian kekerasan seksual non fisik apabila seorang korban tersebut menggunakan rekaman audio visual (video) dan serta bagaimana pembuktian kekerasan seksual non fisik apabila korban tersebut tidak disertai dengan rekaman audio visual (video).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yang bersifat deskriptif analitis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, Pembuktian kekerasan seksual non fisik wajib disertai dengan rekaman audio visual dasar hukumnya ada pada Pasal 25 ayat (1) yakni: “Keterangan Saksi dan/atau Korban cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah jika disertai dengan 1 (satu) alat bukti sah lainnya dan hakim memperoleh keyakinan bahwa benar telah terjadi tindak pidana dan terdakwalah yang bersalah melakukannya." Rekaman audio visual dapat berupa bukti rekaman kamera pengawas (CCTV) atau video amatir dari saksi atau korban sendiri. Rekaman audio visual dihadirkan sebagai alat bukti sekunder untuk mendukung keterangan saksi atau korban. Rekaman audio visual tersebut diperlukan sebagai pertimbangan hakim untuk membentuk keyakinan hakim bahwa tindak pidana kekerasan seksual non fisik tersebut benar dilakukan. Kedua, Apabila tidak ada rekaman audio visual maka pembuktian kekerasan seksual non fisik adalah melalui keterangan ahli yakni seorang psikolog klinis atau psikiater berdasarkan Pasal 24 ayat (3) huruf a UU TPKS. Ahli tersebut adalah seorang dokter spesialistik yang memiliki spesialisasi dalam diagnosis dan penanganan gangguan emosional. Dalam hal ini kedudukan keterangan ahli sangat dibutuhkan karena hanya ini yang dapat membuktikan adanya kekerasan psikis pada seorang korban yang sudah mengalami kekerasan seksual non fisik.

Kata Kunci (keyword): Pembuktian, Audio Visual, Kekerasan Seksual.