DIGITAL LIBRARY



JUDUL:EKOLOGI DALAM ANTOLOGI PUISI MERATUS NYANYIAN RINDU ANAK BANUA
PENGARANG:ELA SUGANDA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2023-12-23


Suganda, Ela. 2023. Ekologi dalam Antologi Puisi Meratus Nyanyian Rindu Anak Banua. Program Studi Magister, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing I: Dr. M. Fatah Yasin, M. Pd.; Pembimbing II: Dr. Sainul Hermawan, M. Hum.

 

 

 

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manusia dan alam yang ditampilkan dalam antologi puisi; serta mendeskripsikan etika perilaku lingkungan yang disampaikan  dalam antologi puisi Meratus Nyanyian Rindu Anak Banua.

 

Penelitian ini berjenis kualitatif dengan memakai teknik deskriptif interpretatif dan memakai teori ekologi sastra. Sumber data dalam pengkajian ini adalah teks berupa puisi-puisi karya penyair perempuan dari antologi puisi tersebut. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik pustaka dan teknik tulis untuk mendapatkan data tentang manusia dan alam yang ditampilkan dalam antologi puisi; serta mendeskripsikan etika perilaku lingkungan yang disampaikan  dalam antologi puisi tersebut.

 

Hasil penelitian menemukan manusia  merupakan hal yang paling disorot yang ditampilkan dalam 23 puisi dalam antologi puisi tersebut,  yaitu manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab  dalam konteks pemanfaatan kekayaan dan kerusakan alam kawasan Meratus. Manusia  yang ditampilkan dalam puisi adalah manusia sebagai gambaran masyarakat suku Dayak.Terlihat jelas dalam puisi-puisi tersebut, bahwasanya alam dan lingkungan kawasan pegunungan Meratus menjadi tema utama yang diungkapkan. Dalam puisi-puisi karya tujuh penyair perempuan dalam antologi puisi tersebut, Nurmaliansari hanya menggambarkan ekologi kawasan pegunungan Meratus yang masih asri dan indah.  Sedangkan  penyair lainnya  menggambarkan dengan jelas kerusakan ekologi dan dampaknya  di kawasan pegunungan Meratus yang disebabkan oleh manusia yang berkuasa dan menguasai lingkungan tersebut. Selain faktor musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan, kerusakan ini lebih disebabkan oleh kontrol manusia terhadap alam. Manusia melakukan tindakan yang tidak adil terhadap lingkungan yang telah memberikan mereka sumber kehidupan. Tindakan  manusia yang sewenang-wenang terhadap alam Meratus yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia sendiri, berupa pembabatan hutan, dan penambangan batu bara dalam skala besar, serta pengkonversian fungsi lahan dan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, semakin memperparah situasi tersebut. Para penyair juga memperingatkan terjadinya kemarau panjang, banjir bandang, tanah gersang, berdebu, berlobang,  dan ribuan satwa kehilangan tempat tinggal. Puisi-puisi dalam antologi puisi tersebut menggambarkan dengan jelas keluh-kesah, kemarahan dan ketidaksetujuan penyair terhadap kerusakan ekologi yang sedang terjadi. Dalam perspektif ekologi para  penyair perempuan dalam antologi puisi ini  berhasil mengangkat isu penting mengenai perlunya peran manusia sebagai pihak yang aktif terlibat dalam memelihara kelestarian lingkungan dan alam di kawasan pegunungan Meratus. Prinsip  etika perilaku lingkungan yang terdapat dalam antologi puisi tersebut, yaitu menjaga keselarasan dengan alam, bertanggung jawab terhadap keutuhan biosfer, menjalin relasi setara, solidaritas kosmis,  kepedulian dan kesederhanaan.

Kata Kunci : ekologi, antologi puisi, ekologi sastra

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI