DIGITAL LIBRARY



JUDUL:Tradisi Tolak Bala Pada Perkawinan Etnis Banjar Di Gang Pasar Kelurahan Gadang Kecamatan Banjarmasin Tengah
PENGARANG:HIKMAH RIZQI NUR FITRIANI
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2024-01-02


Tradisi tolak bala pada perkawinan etnis Banjar ini umumnya dilakukan ketika ingin melaksanakan perkawinan sebagai upaya menghindari bala atau musibah yang akan terjadi ketika perkawinan berlangsung di Gang Pasar Kelurahan Gadang Kecamatan Banjarmasin Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan pelaksanaan tradisi tolak bala pada perkawinan etnis Banjar di Gang Pasar Kelurahan Gadang Kecamatan Banjarmasin Tengah (2) Mengetahui makna simbolis bahan yang terdapat dalam tradisi tolak bala pada perkawinan etnis Banjar di Gang Pasar Kelurahan Gadang Kecamatan Banjarmasin Tengah. 

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang diperoleh melalui purposive sampling atau menentukan informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti yaitu dengan jumlah informan sebanyak lima orang yang terdiri atas masyarakat etnis Banjar yang melakukan tradisi, yang pernah terlibat dalam prosesi tradisi tolak bala pada acara perkawinan, dan tokoh masyarakat/tetua kampung yang mengetahui asal usul dan makna dari tradisi tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan tradisi tolak bala pada perkawinan etnis Banjar ini terbagi menjadi dua fase yaitu sebelum perkawinan seperti melabuh dan mandi-mandi pengantin dan saat perkawinan yaitu seperti piduduk dan tradisi agar tidak hujan. Asal usul dilaksanakannya tradisi ini yaitu adanya keturunan dan kebiasaan yang telah diajarkan oleh leluhur suatu keluarga tesebut. (2) makna simbolis dari bahan-bahan yang dipakai dalam tradisi tolak bala tersebut diantaranya ketan bermakna keselamatan, beras bermakna rasa tanggung jawab, telur ayam kampung bermakna mendapat perlindungan, kelapa tua bermakna keramaian, bunga melambangkan keindahan, pisang bermakna agar mendapat banyak manfaat, benang dan jarum bermakna pengikat hubungan, rokok/sesuap bermakna menghargai kebiasaan leluhur, gula merah sebagai pemanis hubungan, uang sebagai simbol nafkah. 

Saran dalam penelitian ini diharapkan agar masyarakat tetap melanjutkan tradisi ini untuk mempertahankan ciri khas bagi suatu etnis atau kelompok tersebut dan dapat dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

 

This tradition of rejecting evil at Banjar ethnic weddings is generally carried out when you want to carry out a marriage as an effort to avoid evil or disaster that will occur when the marriage takes place in Pasar Alley, Gadang Village, Central Banjarmasin District. This research aims to: (1) Describe the implementation of the tradition of rejecting reinforcements at ethnic Banjar marriages in Pasar Alley Gadang Village Central Banjarmasin District (2) Find out the symbolic meaning contained ingredients in the tradition of rejecting reinforcements at Banjar ethnic marriages in the Pasar Alley Gadang Village Central Banjarmasin District.

The method used in this research is qualitative methods. The data source was obtained through purposive sampling or determining informants based on criteria determined by the researcher, namely five informants consisting of ethnic Banjar people who carry out traditions, who have been involved in the traditional procession of rejecting evil at weddings, and community leaders/elders village who knows the origins and meaning of this tradition. Data collection techniques use observation, interviews and documentation. 

The results of this research show that (1) the implementation of the tradition of rejecting evil at Banjar ethnic weddings is divided into two phases, namely before the wedding, such as anchoring and bridal showers, and during the wedding, namely the ritual of holding and the tradition of preventing rain. The origin of this tradition is the existence of descendants and habits that have been taught by the ancestors of the family. (2) the symbolic meaning of the ingredients used in the repellent tradition include sticky rice meaning safety, rice meaning a sense of responsibility, free-range chicken eggs meaning protection, old coconut meaning crowds, flowers symbolizing beauty, bananas meaning getting many benefits, thread and needle mean binding relationships, cigarettes/bites mean respecting ancestral habits, brown sugar as a sweetener for relationships, money as a symbol of livelihood. 

It is hoped that the suggestions in this research will ensure that people will continue this tradition to maintain the unique characteristics of an ethnicity or group and that it can be continued by the next generation.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI