Aspal memegang peranan penting sebagai bahan pengikat agregat pada konstruksi jalan. Hal tersebut membuat pemerintah harus mengimpor aspal minyak dari luar agar terpenuhinya kebutuhan aspal minyak. Padahal di Indonesia sendiri tepatnya Pulau Buton (Sulawesi Tenggara) memiliki aspal alam yang biasa disebut Asbuton. Namun belum adanya perusahaan yang mengolah sedemikian rupa agar asbuton dapat digunakan secara massal membuat harga aspal dari Pulau Buton ini masih relatif mahal. Maka dari itu, dibutuhkan penelitian yang menggunakan asbuton sebagai bahan campuran aspal untuk mengetahui efisiensi dalam penggunaan asbuton. Penelitian tentang Pengaruh Penambahan Asbuton terhadap Karakteristik Mix Formula HRS-WC ini akan menunjukkan perbedaan nilai karakteristik marshall antara Mix Formula HRS-WC tanpa dicampur kadar asbuton dan yang dicampur kadar asbuton.

Penelitian ini menggunakan asbuton butir tipe B5/20 sebagai pengganti sebagian aspal penetrasi 60/70. Kadar aspal yang digunakan untuk mendapatkan kadar aspal optimum adalah 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7%. Kemudian variasi kadar asbuton yang diteliti adalah 0%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, dan 3,5%. Untuk mendapatkan perbedaan antara HRS-WC tanpa dicampur kadar asbuton dan yang dicampur kadar asbuton, dilakukan pengujian marshall dan analisis karakteristik marshall.

Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh kadar aspal optimum untuk campuran lataston HRS-WC tanpa asbuton, yaitu 6,25%. Serta diperoleh rentang kadar asbuton yang memenuhi spesifikasi karakteristik marshall, yaitu dari kadar 2,5% sampai 3,5% dengan nilai tengah kadar asbuton, yaitu 3%. Nilai stabilitas, flow, VIM, dan VMA lebih tinggi pada campuran HRS-WC dengan menggunakan asbuton dari pada campuran HRS-WC tanpa asbuton. Sedangkan, nilai MQ, VFB, dan density lebih tinggi pada campuran HRS-WC tanpa asbuton dari pada campuran HRS-WC dengan menggunakan asbuton.

Kata kunci: Asbuton, Aspal, HRS-WC, Karakteristik Marshall, Lataston