Salah satu teknik perbaikan (retrofitting) yang cukup popular adalah teknik concrete-to-sconcrete yaitu dengan menempelkan beton baru (overlay) ke beton lama (substrate). Namun kekuatan lekatan teknik ini sangat tergantung dari beberapa faktor seperti yaitu, metode perlakuan pada permukaannya, bahan repair materialnya, kondisi lingkungan, kelembapan, keretakan yang sudah ada pada beton lama, teknik aplikasi perekat dan banyak lainnya.

Penelitian ini menganalisa pengaruh kekuatan lekatan terhadap metode perlakuan, kondisi lingkungan serta repair material. Metode perlakuan akan dilakukan dengan tiga metode, yaitu tanpa perlakuan apapun, drill holes serta grooving dan terakhir dengan bonding agent.  Untuk siklus kondisi terkespose lingkungan dilakukan dengan tiga kondisi yaitu normal PDAM, wet-dry PDAM serta full rendam asam. Penggunaan benda uji untuk beton lama dan baru keduanya adalah beton normal, dengan perbedaan mutu. Untuk mutu beton lama (substrate) adalah 20 MPa dan untuk mutu beton baru (overlay) adalah30 MPa. Pengujian benda uji yang dilakukan meliputi uji kuat tekan, uji slant shear, uji tarik belah dan uji lentur. Hasil pengumpulan data akan di analisa dan di klasifikasikan berdasarkanACI 546.3R-14 dan Sprinkel.

            Hasil penelitian menunjukkan metode perlakuan dengan nilai tertinggi didapat pada metode grooving dengan pengujian kuat tarik belah serta kuat lentur terhadap tanpa perlakuan yaitu sebesar 2,041 MPa dan 4,498 MPa. Pada pengujian kuat tarik belah dengan kondisi lingkungan normal, grooving, drill holes serta bonding agent terhadap tanpa perlakuan berturut-turut memiliki perbedaan sebesar 151,35%, 50,6% dan 33,5%. Dan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi nilai uji kekuatan lekatan, pada kondisi wet-dry dan asam mengalami penurunan sebesar 43,88% dan 67,21%.

Kata kunci: kekuatan lekatan, substrate, overlay, concrete-to-concrete.