DIGITAL LIBRARY



JUDUL:PENGARUH AKTIVITAS MAGMA GRANITIS TERHADAP PEMBENTUKAN JENIS JEBAKAN BAHAN GALIAN DI PEGUNUNGAN MERATUS KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PENGARANG:AHMAD RAMLI
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2019-02-26


Didaerah Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Tapin terdapat batuan granitis (Heryanto 1994).  Penelitian pengaruh batuan granitis terhadap jebakan bahan galian di daerah penelitian belum pernah dilakukan. Penelitian dilakukan melalui 3 tahap antara lain: pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, sampling dan uji laboratorium. Pengolahan data meliputi identifikasi asal magma menggunakan metode plotting diagram Pearce (1977), identifikasi jenis magma menggunakan metode plotting Chart Eward (1982) dan penamaan jenis batuan menggunakan metode plotting diagram Streicksen. Analisis data meliputi asal magma, jenis magma, penamaan jenis batuan, bowen reaction series dan teori jebakan menurut Bateman (1988).

Pada kegiatan observasi lapangan ditemukan batuan beku kelompok batuan granitis bercirikan warna terang putih bintik hitam. Hasil Uji X-Ray Difractometer (XRD) diketahui beberapa mineral antara lain kuarsa, silikon, albite, potassium, anortoklas dan mikroklin sedangkan hasil uji X-Ray Flourenscense (XRF) diketahui beberapa kandungan kimiawi antara lain Si, Na, K, Mg, Fe,Al, Ca, dan Li.

Dalam pengolahan data teridentifikasi asal magma batuan granitis adalah continent sedangkan  jenis magma tergolong Low-K Series. Berdasarkan diagram Streicksen (1967) diketahui jenis batuan granitis yang berkembang antara lain: Granodiorite, Monzogranite dan Syenogranite.

Asal magma (continent) mempengaruhi komposisi batuan yaitu SiO2 tinggi namun K2O agak rendah dengan sifat magma asam, namun jenis magmanya termasuk kedalam golongan low-k yang berarti kandungan potasium nya rendah. Menurut Peccerillo dan Taylor (1976) magma asam terhadap kandungan SiO2 lebih dari 63%. Dengan kandungan SiO2 yang cukup besar dari 65% sampai 78% menunjukan dari terleburkan batuan-batuan benua menghasilkan magma bersifat asam dengan jenis batuan dihasilkan yaitu granodiorit, monzogranit dan syenogranit. Mengacu kepada konsep pembentukan jebakan menurut Bateman (1988), jebakan bahan galian selalu berkaitan dengan suhu dan perletakan jebakan. Memperhatikan mineral pembentukan batuan beku dimana dikomposisi oleh kuarsa dan albit menunjukan bahwa batuan beku kelompok granitis ini terbentuik pada suhu 600oC – 1000oC. Menurut Bateman (1988) jebakan yang pembentukannya pada suhu 600oC – 1000oC itu termasuk kedalam jebakan magmatis. Sedangkan untuk kondisi geologi lapangan kehadiran kontak sesar dapat menghilangkan kehadirian dari jebakan pegmatitis, dengan demikian masa batuan granitis tidak seluruhnya tersesarkan. Memperhatikan kondisi tersebut maka masih dimungkinkan terbentukanya jebakan magmatis dan pegmatitis. Jadi kemungkinan pembentukan jebakan daerah penelitian ialah jebakan magmatis dan pegmatitis.

Kata Kunci : Batuan, Pegunungan Meratus, Jebakan magmatis, Jebakan Pegmatitis.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI