Fenomena kerusakan lingkungan di Desa Satui Barat tidak terlepas dari: adanya eksploitasi sumber daya alam yang menekankan keuntungan yang lebih besar tanpa memikirkan keberlangsungan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa bentuk antroposentrisme pada pengelolaan sumber daya alam di Desa Satui Barat dalam perspektif teori antoposentirme. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara tidak langsung, pola pikir masyarakat Desa Satui Barat terhadap pengelolaan sumber daya alam sudah dipengaruhi oleh 5 watak antoposentisme. Kepentingan manusia dianggap menjadi penentuan dalam tatanan ekosistem. Walaupun hewan dan tumbuhan juga penting, namun kepentingan itu hanya di peruntukkan untuk manusia semata, hewan dan tumbuhan dijadikan sebagai pelayan untuk manusia. Antroposentrisme adalah pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat segalanya, mengutamakan kepentingan manusia di atas kepentingan lingkungan. Konteks di Desa Satui Barat, kegiatan ekonomi, aktivitas urbanisasi, dan perbuhan iklim juga membantu kesejahteraan masyarakat lokal. Upaya untuk mempertahankan kehidupan manusia harus diimbangi dengan pengelolaan lingkungan berkelanjutan, memperhitungkan kepentingan jangka panjang, dan membantu kepentingan jangka panjang bagi manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Pendekatan antroposentris ini dapat mengabaikan keseimbangan ekologis dan keberlanjutan sumber daya alam. Dampak sosial yang merugikan seperti penggusuran paksa, konflik lahan, dan penurunan kualitas hidup juga terjadi akibat pertambangan yang tidak berkelanjutan.

Kata Kunci : Kerusakan Lingkungan, Antroposentrisme, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Keberlanjutan