Sungai Martapura tercemar berat akibat ulah manusia. Peningkatan kualitas air memerlukan pemantauan terus-menerus, namun memerlukan banyak energi dan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran kualitas air secara temporal dan spasial di ruas Sungai Martapura dan membuat model prediktif yang menilai kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS), Klorofil-α, dan bahan organik terlarut berwarna (CDOM) dengan menggunakan algoritma. Sebaran spasial menunjukkan pola yang bervariasi, TSS, kekeruhan, dan Klorofilα meningkat dari hulu ke hilir, sedangkan CDOM menurun. Citra satelit Sentinel2A digunakan untuk tujuan ini. Analisis sebaran spasial menunjukkan kadar TSS, kekeruhan, dan Klorofil-α meningkat dari hulu ke hilir, sedangkan kadar CDOM menurun. Pengujian akurasi algoritma prediktif menunjukkan nilai RMSE sebesar 0,17 untuk Klorofil-α, 23,02 untuk TSS, 36,95 untuk kekeruhan, dan 4,14 untuk CDOM. Studi distribusi temporal selama lima tahun terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan TSS dan tren penurunan Klorofil-α, kekeruhan, dan CDOM. Studi ini menyoroti potensi penginderaan jarak jauh sebagai alat yang efisien dan hemat biaya untuk pemantauan kualitas air secara berkelanjutan, sehingga memberikan wawasan berharga bagi pengelolaan Sungai Martapura yang berkelanjutan.

Kata kunci: Kualitas air, Segmen Sungai Martapura, Penginderaan Jauh, Sentinel-2A