Sungai Martapura digunakan sebagai bahan baku air pokok dalam kehidupan sehari-hari seperti transportasi, mandi, mencuci bahkan dikonsumsi untuk menjadi air minum. Pengolahan air secara fisika-kimia dengan proses koagulasi-flokulasi disertai sedimentasi merupakan pengolahan paling umum yang sering digunakan. Koagulan tawas atau poly aluminium cloride adalah koagulan yang sering digunakan pada proses koagulasi-flokulasi. Koagulan bahan sintetis akan menghasilkan efek negatif dalam pemakaiannya sehingga seharusnya diganti dengan pemakaian koagulan alami non-sintetis. Koagulan alami non-sintetis juga lebih aman dan ramah bagi manusia serta lingkungan. Salah satu bahan yang mampu dimanfaatkan menjadi koagulan alami adalah lidah buaya (Aloe vera). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dosis koagulan lidah buaya, kecepatan pengadukan, dan waktu pengadukan serta menganalisis kondisi operasi terbaik koagulan lidah buaya untuk menurunkan parameter kekeruhan dan warna pada air sungai Martapura. Metode yang dipakai adalah metode koagulasi-flokulasi berdasarkan Respon Surface Methodology modelCentral Composite Design. Hasil penelitian yang didapatkan adalah Kondisi operasi terbaik pemanfaatan koagulan lidah buaya (Aloe vera) dalam menurunkan parameter kekeruhan dan warna pada air sungai Martapura terdapat pada dosis koagulan sebanyak 20 mL, kecepatan pengadukan 90 rpm, dan waktu pengadukan selama 8 menit. Kondisi operasi tersebut mampu menurunkan kekeruhan dari 79 NTU-11.67 NTU dengan efisiensi 85.2321% dan menurunkan warna dari 92 TCU-9.25 TCU dengan efisiensi 90.0214% meskipun untuk kekeruhan masih berada di bawah baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 dengan batas 3 NTU sedangkan untuk warna telah memenuhi baku mutu dengan batas 10 TCU.

Kata kunci : Koagulan Alami, Lidah Buaya, Sungai Martapura, Respon Surface    Methodology, Central Composite Design