DIGITAL LIBRARY
JUDUL | : | RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI VARIETAS ANJASMORO TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI SERABUT BUAH KELAPA SAWIT | |
PENGARANG | : | MUHAMMAD ARIFIN | |
PENERBIT | : | FAKULTAS PERTANIAN | |
TANGGAL | : | 2017-11-14 |
MUHAMMAD ARIFIN, Kedelai merupakan tanaman pangan penting
setelah padi dan jagung. Produksi kedelai nasional berdasarkan angka tetap tahun 2011 adalah sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau turun sebesar 55,74 ton (61,5%) dibandingkan 2010. Penurunan produksi utamanya terjadi karena luas panen yang berkurang yakni 660.823 ha (2010) turun menjadi 631.425 ha (2011). Kendala lain adalah rendahnya produktivitas tanaman yakni hanya 1,3 ton/ha. Padahal pemerintah telah mencanangkan swasembada kedelai pada tahun 2014. Penurunan produksi kacang-kacangan, terutama kedelai penyebabnya
antara lain karena rendahnya harga jual produksi ditingkat petani dan rendahnya produktivitas lahan. Produksi kedelai dilahan kering hanya mencapai 1,1 ton/Ha, produksi ini baru mencapai 50 % dari petani riil. Hal ini menunjukkan selama proses pertumbuhannya kedelai belum mendapatkan semua unsur yang dibutuhkannya dalam jumlah yang cukup
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan cara pemupukan baik pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah Pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran, sampah, kompos, dan berbagai produk limbah lainnya.
Proses produksi kelapa sawit selalu menghasilkan produk sampingan yang bersifat limbah. Salah satu limbah dari kelapa sawit adalah serabut buah kelapa sawit. Serat memiliki kadar zat kering 62 % (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Serat buah (fiber) kelapa sawit masih mengandung nitrogen 0,32%; posfor
0,08%; kalium 0,47%; magnesium 0,02% dan kalsium sebesar 0,11% (Gubuk tani, 2011). Sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat bokashi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk
bokashi limbah serabut buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merill ).
Penelitian ini dilakukan di rumah pembuatan pupuk organik, serta Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Tanah dan di lahan Hortikultura dan Perkebunan (HORTIBUN) Faperta ULM. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2016 – April 2017.
Percobaan ini menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktor tunggal. Faktor yang akan diteliti adalah uji kompos serabut buah (fiber) kelapa sawit yang terdiri dari 5 uji perlakuan dan 1 tanpa kompos dengan ulangan dilakukan sebanyak 5 kali disetiap perlakuan. Faktor kompos serabut buah (fiber) kelapa sawit yang dicobakan adalah K0 = Tanpa kompos, K1 = 5 ton/ha pupuk kompos serabut buah kelapa sawit (fiber), K2 = 10 ton/ha pupuk kompos serabut buah kelapa sawit (fiber), K3 = 15 ton/ha pupuk kompos serabut buah kelapa sawit (fiber), K4 = 20 ton/ha pupuk kompos serabut buah kelapa sawit (fiber), K5 = 25 ton/ha pupuk kompos serabut buah kelapa sawit (fiber). Pengamatan yang dilakukan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang ber produksi, bobot 100 biji kering, bobot 100 biji basah, bobot biji basah per polybag, dan bobot biji kering per polybag.
Hasil penelitian respon pertumbuhan dan hasil kedelai varietas Anjasmoro terhadap pemberian bokashi serabut buah kelapa sawit menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian bokasi serabut buah kelapa sawit 5, 10, 15, 20 ton/ha sampai dosis 25 ton/ha tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai dan jumlah daun, namun memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah biji dan bobot kering biji kedelai pada setiap pot percobaan. Pemberian bokasi serabut buah kelapa sawit dengan dosis 25 ton/ha memberikan kontribusi peningkatan bobot biji basah dan bobot biji kering tanaman kedelai. Perlakuan pemberian bokasi serabut buah kelapa sawit dosis 5, 10, 15, 20 dan 25 ton/ha belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap ketersediaan N dan K didalam tanah pada inkubasi 2 minggu, namun berpengaruh nyata terhadap ketersediaan P dalam tanah. Pada perlakuan bokasi tersebut 20 ton/ha memberikan kontribusi phospat yang paling tinggi.
NO | DOWNLOAD LINK |
File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI