Penelitian stabilisasi tanah lunak di Indonesia sering menggunakan kapur untuk mereduksi plastisitas tanah, meningkatkan kekuatan dan daya tahan, mengurangi penyerapan air dan pengembangan (swelling) yang diakibatkan oleh air. Penelitian ini menggunakan serbuk cangkang kerang sebagai pengganti kapur yang mana mengandung kapur (CaO) sebesar 87,47% dan diharapkan bereaksi dengan tanah lempung lunak Banjarmasin yang mengandung silika (SiO₂) sebanyak 60,5% dan alumina (Al₂O₃) sebanyak 18%. Ketiga komponen tersebut merupakan bahan utama syarat terjadinya reaksi sementasi saat terkena air (Rudianto, 2013).

Metode pengujian dengan CBR, UCT, dan SEM dimana setiap sampel memiliki variasi campuran 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Tiap campuran memiliki masa peram 7 hari dan 14 hari. Cangkang kerang yang digunakan melewati proses pembakaran dengan lama waktu sekitar 3 menit dengan suhu perkiraan 100?C-400 ?C. pembakaran bertujuan untuk meniadakan kandungan air pada cangkang kerang. Setelah dibakar lalu ditumbuk hingga dapat lolos saringan nomor 200. Untuk tanah dikeringkan dan disaring dengan saringan nomor 4 untuk memisahkan kerikil.

Pada uji CBR dapat dilihat bahwa sampel Unsoaked dapat mencapai 7,7% CBR pada sampel campuran 8%. Sedangkan sampel Soaked hanya mencapai 3,6% CBR pada sampel campuran 8%. Ini menandakan tidak tercapainya syarat minimum sebagai tanah dasar (subgrade) yaitu 6% CBR (Spesifikasi Umum 2010 Divisi 3). Pada uji UCT tegangan yang terjadi juga tidak tercapai (minimal 0,5 kg/cm²) pada sampel Soaked yaitu tertinggi 0,19 kg/cm² pada sampel campuran 8%. Untuk uji SEM terlihat foto mikrostruktur beronggo-rongga pada sampel campuran 0% namun mulai menutup pada foto hasil SEM sampel 2% dan 4%, dimana rongga-rongga mulai mengecil dan tersebar merata pada foto mikrostruktur sampel campuran 6% dan akhirnya merapat pada foto sampel campuran 8%. Ini menandakan bahwa serbuk cangkang kerang bereaksi terhadap tanah lempung lunak Banjarmasin.

Kata Kunci: Stabilisasi, tanah dasar (subgrade), cangkang kerang, alternatif.