Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perolehan energi listrik pada Limbah Pabrik Tahu dan Limbah Perikanan untuk dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari hari, karena di Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin dan Banjarbaru banyak yang mengkonsumsi tahu dan udang. Limbah yang dibuang secara sembarangan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan khusus nya di perairan yang dapat menyebabkan bau tidak sedap dan berkembangnya penyakit yang membuat lingkungan kehidupan menjadi tidak sehat. Maka dengan sistem MFC ini bisa menjadi alternatif untuk menjadi salah satu penanggulangan dampak pencemaran lingkungan dan juga dapat menjadi alternatif untuk menjadi sumber energi yang dapat diterapkan ke daerah daerah terpencil yang susah dijangkau terhadap energi listrik. Eksperimen MFC dengan variable menggunakan limbah pabrik tahu dan limbah perikanan (kepala udang dan kulit udang) tanpa glukosa, kemudian ada juga penambahan glukosa 1:1, dan penambahan aerator, menghasilkan kuat arus dan tegangan yang berbeda-beda. Pada percobaan MFC  kuat arus pada limbah pabrik tahu mengalami kenaikan sebanyak 1,47% dari limbah perikanan, sedangkan untuk tegangan pada percobaan MFC limbah perikanan mengalami kenaikan sebanyak 1,19% dari limbah pabrik tahu. Penambahan glukosa 1:1 pada masing masing substrat juga menambah produksi energi listrik pada percobaan MFC karena glukosa mudah dioksidasi oleh mikroba sehingga metabolisme mikroba lebih cepat tumbuh dan memperbanyak populasi mikroba, sehingga memperbesar Output energi listrik pada system MFC. Penambahan aerator pada sistem MFC memberikan peningkatan energi listrik dan menstabilkan energi listrik yang dihasilkan, karena memeberikan pasokan tambahan oksigen pada katoda.

Kata Kunci : Energi, Microbial Fuel Cell, Energi Kimia, Limbah Tahu dan Limbah Perikanan, Energi Listrik