DIGITAL LIBRARY



JUDUL:Struktur Biaya dan Nilai Tambah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri Pengolahan Produk Agribisnis di Kabupaten Tabalong
PENGARANG:RISWAN MADIYA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2019-08-15


Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis komponen biaya serta besar pendapatan bersih setiap kali produksi dari setiap UMKM; menganalisis jumlah titik impas (break even point) setiap UMKM; dan menganalisis nilai tambah dari setiap UMKM.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan, yaitu dari Bulan Oktober 2017 sampai dengan Bulan Mei 2018.

Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuesioner di tempat kerja UMKM yang bersangkutan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Tabalong, POKTA (Pusat Oleh-oleh Khas Tabalong), serta instansi-instansi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa komponen biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap yang terdiri dari biaya gaji tetap, biaya pemeliharaan, biaya listrik air, biaya penyusutan; dan biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan baku utama, biaya bahan pembantu, biaya kemasan, biaya tenaga kerja, serta biaya transportasi. Pendapatan usaha pada setiap UMKM yang diteliti secara berurutan dilihat dari yang terbesar adalah usaha kopi dengan pendapatan Rp.960.564,00; kemudian usaha abon ikan dengan pendapatan Rp.879.175,00; kemudian usaha keripik dengan pendapatan Rp.190.589,00; diikuti usaha tahu dengan pendapatan Rp.171.900,00; kemudian usaha kue dengan pendapatan Rp.102.350,00; dan usaha kerupuk dengan pendapatan Rp.80.346,00. Pada keenam UMKM yang menjadi objek penelitian, hampir semuanya telah melewati titik impas dalam kuantitas maupun penjualan, kecuali usaha kerupuk yang belum melewati titik impas kuantitas. Semua UMKM yang menjadi objek penelitian adalah usaha yang sudah berjalan lama sehingga biaya peralatan hanya terdiri dari biaya penyusutan, berbeda jika teknik BEP ini digunakan pada usaha yang baru akan berjalan, tentunya biaya pengadaan peralatan atau biaya tetapnya besar sehingga titik BEP akan lama baru dicapai. Dari semua industri agribisnis yang menjadi objek penelitian, terlihat bahwa usaha pengolahan kopi bubuk mempunyai rasio nilai tambah yang paling besar yaitu 92,11% sedangkan nilai rasio paling kecil adalah usaha pengolahan abon ikan haruan yaitu 47,92%. Tingginya nilai tambah pada usaha pengolahan kopi bubuk milik Bapak Arsani disebabkan karena banyak hal, seperti keunggulan penguasaan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, akses informasi, adanya inovasi produk, dan lain-lain.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI