DIGITAL LIBRARY



JUDUL:ANALISIS KLASTER POTENSI PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PENGARANG:ABDUL HAKIM MUSLIM
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2019-08-22


RINGKASAN

 

Abdul Hakim Muslim. Analisis Klaster Potensi Perkebunan Di Propinsi Kalimantan Selatan. Dibawah bimbingan Hamdani danMuhammad Fauzi Makki.

 

Peran dari sumber daya alam masih besar dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Data BPS tahun 2017 BPS menunjukkan lebih dari seperlima Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbang oleh sektor pertanian dan pertambangan, dua sektor yang memanfaatkan secara langsung kekayaan alam Indonesia. Kondisi ini ternyata tidak jauh berbeda dengan Provinsi Kalimantan Selatan, yang didominasi kedua sektor tersebut. Dalam dokumen Rencana Pembangunan  Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Selatan 2016-2021, pemerintah lebih memprioritaskan pengembangan pertanian dan agroindustri dibandingkan pertambangan. Lebih spesifik subsektor pertanian yang dimaksud adalah perkebunan, yang mempunyai linkage langsung dengan agroindustri. Oleh karena itu dipandang perlu bagi Kalimantan Selatan dalam menakar potensi perkebunan yang dimiliki menurut daerah kabupaten/kota. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melakukan analisis klaster potensi perkebunan. Hal ini sesuai arahan Ditjenhub Kementrian Pertanian agar setiap provinsi membentuk klaster sesuai potensi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi wilayah Kalimantan Selatan menurut kabupaten/kota, sehingga nantinya akan teridentifikasi daerah unggulan dan belum unggulan dalam mengusahakan subsektor perkebunan. Tujuan selanjutnya adalah mendeteksi apakah terjadi aglomerasi usaha subsektor perkebunan di Kalimantan Selatan. Analisis klaster sendiri didasarkan pada variabel penentu klaster. Penelitian ini menggunakan variabel – variabel penentu klaster yaitu produksi perkebunan (ton), petani yang berusaha di sektor perkebunan (rumah tangga), ketinggian lahan di atas 100 mdpl (persen), luas tanah subur (persen) dan kontribusi perkebunan dalam PDRB (persen). Data yang dipergunakan adalah data Sensus Pertanian 2013, data tahun 2016 serta  2017 untuk  data lainnya. Analisis inferensia adalahanalisis klasteradalah metode non-hirarki karena lebih kecil pada data pencilan,cocok untuk data besar dan pengukurannya dengan jarak.  Dari uji tersebut menghasilkan 3 (tiga) klaster. Klaster 1 dicirikan sebagai daerah bukan unggulan perkebunan, terdiri dari Kabupaten Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Banjarmasin dan Banjarbaru. Klaster 2 merupakan daerah unggulan perkebunan, terdiri dari Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu. Klaster 3 merupakan daerah potensi perkebunan, terdiri dari Kabupaten Tanah Laut, Banjar, Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan Balangan. Dapat disimpulkan di Kalimantan Selatan telah terjadi pemusatan atau aglomerasi di daerah unggulan perkebunan pada daerah Klaster 2.

 

 

Kata Kunci: analisis klaster, subsektor perkebunan, daerah unggulan, daerah potensi

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI