DIGITAL LIBRARY
JUDUL | : | ENKAPSULASI TEPUNG BIJI TERATAI DENGAN TEKNIK KOASERVASI MENGGUNAKAN KOMBINASI ALGINAT DAN MALTODEKSTRIN | |
PENGARANG | : | SITI EKA NURJENAH | |
PENERBIT | : | FAKULTAS PERIKANAN | |
TANGGAL | : | 2017-12-19 |
Teratai merupakan tumbuhan liar di habitat alami, yang pemanfaatannya belum banyak diketahui oleh masyarakat, serta masih minimnya penelitian. Biji bunga teratai bermanfaat untuk kesehatan jantung, limpa dan ginjal, sering dimanfaatkan adalah dalam mengobati penyakit diare karena diyakini biji tanaman ini mengandung efek astringen juga terdapat karbohidrat, protein, lemak, karoten, vitamin B1, B7, dan C, asam nikotinat, kalsium, zat besi dan fosfor pada bijinya.
Biji teratai yang diolah menjadi tepung bersifat mudah rusak (perishable) perlu
dilakukan tindakan preservatif guna melindungi senyawa aktifnya. Teknologi pengolahan yang dapat dilakukan adalah enkapsulasi dengan teknik koaservasi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kombinasi alginat dan maltodekstrin untuk menghasilkan produk tepung biji teratai terenkapsulasi dengan teknik koaservasi.
Parameter pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: kadar air, warna dan tekstur. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2 faktor. Penelitian dilakukan dengan 3 perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 9 unit sampel.
Hasil uji kadar air yang tertinggi yaitu 9,40% sedangkan hasil uji kadar air terendah terdapat pada sampel A3B2 yaitu 8,17%. Suspensi sampel A1B1 menghasilkan kapsul tepung biji teratai tertinggi berkisar 8,67%-9,40% sedangkan pada suspensi sampel A3B2 sebesar 8,17%-9,37%. Pada uji warna L semakin besar persentase penambahan maltodekstrin nilai L semakin menurun. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi Mailard yaitu reaksi-reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Uji warna a, nilai a tertinggi terdapat
pada sampel A1B1 sebesar 5,27 dimana menggunakan konsentrasi alginat sebanyak
5ml dan tanpa penambahan maltodekstrin. Sebaliknya, nilai a terendah adalah iii
sampel A3B3 yaitu dimana menggunakan konsentrasi alginat dengan 10ml dengan penambahan maltodekstrin sebanyak 2g. Nilai b tertinggi dari sampel keseluruhan yaitu pada sampel A1B3. Sebaliknya, nilai b terendah yaitu pada sampel A3B3. Pada sampel A1B3 tidak menggunakan maltodekstrin sedangkan pada sampel A3B3 menggunakan maltodekstrin sebanyak 2g sehingga dapat disimpulkan penambahan maltodekstrin mengakibatkan warna kuning pada sampel menurun. nilai kekerasan paling tinggi terdapat pada sampel A3B2. Bila diurutkan dari nilai hardness tertinggi, maka kapsul yang mempunyai tekstur paling keras pada konsentrasi alginat 5ml yaitu sampel A3B1 dan yang paling rapuh adalah sampel A1B1.
Dari penelitian disimpulkan bahwa, penambahan maltodekstrin memberikan pengaruh terhadap kadar air sehingga mengalami penurunan yang signifikan. Pengujian warna mengalami pengaruh penurunan pada tingkat kecerahan seiring bertambahnya maltodekstrin sehingga tepung biji teratai memiliki tingkat kecerahan yang rendah. Pada tingkat warna kromatik hijau dan merah seiring penambahan maltodekstrin memberikan pengaruh terhadap warna kromatik yaitu warna kromatik semakin menurun sehingga semua sampel berwarna merah dan pada pengujian warna kromatik biru dan kuning penurunan warna kuning terjadi seiring dengan penambahan maltodekstrin. Pengujian tekstur mengalami peningkatan yang signifikan akibat dari pengaruh penambahan maltodekstrin sehingga tekstur bertambah keras seiring dengan penambahan
maltodekstrin.
NO | DOWNLOAD LINK |
File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI