ABSTRAK

Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2017, jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 11,9 juta hektar. Kalimantan merupakan salah satu pulau dengan hasil produksi kelapa sawit mencapai 30% di Indonesia. Limbah padat merupakan limbah yang paling banyak yakni sekitar 35-40% dari total Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah dalam bentuk tandan buah kosong, serat, cangkang buah, dan abu bakar. Saat ini limbah padat berupa cangkang dan serabut kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin boiler untuk menghasilkan gas bakar yang dapat digunakan untuk proses pengolahan buah kelapa sawit yang menghasilkan limbah berupa abu kerak boiler yang bertekstur halus (abu terbang) dan bertekstur kasar (abu dasar).

Abu terbang hasil pembakaran campuran cangkang dan serabut kelapa sawit merupakan material yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai bahan substitusi semen. Pembuatan beton dilakukan setelah pembuatan benda uji mortar, mortar divariasikan dengan abu terbang dengan persentase 0%, 10%, 15%, 20% dan 25% yang akan dilakukan pengujian kuat tekan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Kemudian pembuatan beton direncanakan dengan mutu 25 MPa dan pengujian yang dilakukan pada beton meliputi uji kuat tekan yang dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 56 hari dan pengujian kuat tarik belah beton pada umur 28 hari.

Campuran optimum abu terbang untuk pembuatan beton berdasarkan hasil analisa kuat tekan mortar yaitu sebesar 10%. Kuat tekan rata-rata beton normal pada umur 28 hari adalah 26,33 MPa dan kuat tekan beton dengan 10% abu terbang adalah 26,14 MPa. Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik belah beton pada umur 28 hari didapatkan untuk beton normal sebesar 3,914 MPa dan 3,466 MPa untuk beton dengan 10% abu terbang.

Kata kunci: abu terbang, beton normal, substitusi semen