Resistensi antibiotik beta-laktam dapat terjadi salah satunya terhadap bakteri penghasil extended spectrum beta-lactamase(ESBL). Bakteri penghasil ESBL terbanyak ditemukan di Escherichia colidan Klebsiella pneumoniae yang dapatmenyebabkan ISK nosokomial. Tingkat kepadatan suatu ruang rawat inap merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial karena jumlah pasien lebih banyak dalam suatu ruang menjadi salah satu penyebab tidak dilakukannya prosedur tindakan septik dan antiseptik yang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pola kepekaan bakteri penghasil ESBL pada spesimen urin terhadap pasien ruang Non-intensive CareRSUD Ulin Banjarmasin periode 2016-2018. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectionalyang menggambarkan data hasil kultur bakteri penghasil ESBL positif pada spesimen urin terhadap pasien Ruang Non-intensive CareRSUD Ulin Banjarmasin periode 2016-2018. Hasil pemeriksaan urin didapatkan 96 isolat positif terhadap bakteri penghasil ESBL yaitu ESBL-Escherichia coli (69,07%)dan ESBL-Klebsiella pneumoniae (64,44%)di Ruang Non-intensive Care.  Hasil uji sensitivitas yang rendah terhadap antibiotik golongan penisilin (ampisilin), golongan sefalosporin (sefazolin, seftazidim, seftriakson, sefepim), golongan monobaktam (aztreonam), dan kombinasi penisilin/beta-laktam inhibitor (ampisilin/sulbaktam). Hasil uji sensitivitas yang tinggi didapatkan terhadap antibiotik golongan aminoglikosida (amikasin), golongan karbapenem (ertapenem, meropenem) dan golongan gisilsiklin (tigesiklin). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bakteri penghasil ESBL dari spesimen urin di RSUD Ulin Banjarmasin periode 2016-2018 yaitu Escherichia coli dan Klebsiella penumoniaemenunjukkan kepekaan yang bervariasi terhadap antibiotik.

Kata-kata kunci: pola kepekaan, ESBL, urin, ruang non-intensive care