Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan siswa untuk menghadapi tantangan pada era revolusi industri 4.0 ini. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru matematika di SMP Negeri 14 Banjarmasin, permasalahan yang sering muncul karena kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa yaitu sebagian besar siswa  merasa kesulitan saat diberi soal-soal cerita atau permasalahan. Salah satu upaya untuk meminimalkan masalah tersebut yaitu melalui pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian di SMP Negeri 14 Banjarmasin yang bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa psds kelas menggunakan pembelajaran matematika berbasis masalah, (2) mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran matematika berbasis masalah dan mengetahui perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Designdengan populasi seluru siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Banjarmasin tahun pelajaran 2019/2020.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengambilan data menggunakantes tertulis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah berada pada kategori sedang, (2) kemampuan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional berada pada kategori rendah dan Terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran matematika berbasis masalah dan siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional