Akibat dari Ketimpangan tersebut bisa menyebar ke masalah yang lain seperti pengangguran,distribusi pendapatan,kemiskinan, dan juga Kesejahteraan masyarakat. maka untuk memecahkan masalah di atas maka tidak bisa menentukan bagaimana ketimpangan suatu daerah dilihat dengan hanya melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di daerah tersebut, oleh sebab itu untuk bisa melihat ketimpangan maka peneliti membaginya menjadi tiga aspek untuk bisa melihat ketimpangan pembangunan tersebut, yaitu dari segi aspek Ekonomi, Sosial, dan Anggaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan Analisis Teknik Perencanaan Pembangunan. Hasil Peneltian ini didapat bahwa Tabalong dan Balangan termasuk daerah maju tapi tertekan, untuk Tapin. Hulu Sungai Selatan, Hulu Sunga Tengah,dan Hulu Sungai Utara  masuk daerah maju berkembang termasuk daerah yang berkembang, Ketimpangan di kawasan Banua Anam masih terjadi karena ditahun 2017 Indeks Williamson masih berada pada 0,62 , untuk daerah yang ketimpangan yang meningkat adalah Tabalong dan Balangan. Diantaran Aspek Ekonomi,Sosial,dan Anggaran. Aspek Ekonomi yang paling dominan dalam membuat ketimpangan. Aspek Sosial tidak terlihat ketimpangan dikarenakan hampir secara keseluruhan merata kesejahteraan di kawasan Banua Anam, untuk Aspek Anggaran Ketimpangan didaerah akan menurun dikarenakan pemerintah dapat memanfaatkan PAD tersebut secara efektif. Uutuk Indeks Pembangunan Daerah yang paling tinggi adalah Tabalong, Balangan,dan Tapin, jadi disimpulkan. bahwa Ketimpangan didaerah Kawasan Banua Anam masih terjadi di aspek Ekonomi, untuk aspek sosial dan anggaran hanya sedikit mempengaruhi.dan untuk daerah tambang cenderung memiliki penghasilan yang tinggi daripada daerah non tambang.

Kata Kunci: Ketimpangan Pembangunan,Indeks Pembangunan Daerah,Indeks

Williamson,Tipologi Klassen,Produk Domestik Regional Bruto,Indeks Pembangunan Manusia