DIGITAL LIBRARY



JUDUL:ANALISIS TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODUL CMS WAVE DI PERAIRAN PULAU KARAJAAN KABUPATEN KOTABARU
PENGARANG:BONDAN WAHYU KUNCORO
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2020-03-30


Bondan Wahyu Kuncoro (G1F115004). Analisis Transformasi Gelombang Menggunakan Modul CMS Wave di Perairan Pulau Karajaan Kabupaten Kotabaru, dibimbing oleh Baharuddin, S.Kel, M.Si sebagai Ketua Pembimbing dan Ira Puspita Dewi, S.Kel, M.Si sebagai Anggota Pembimbing.

Pulau Karajaan (Kerayaan) termasuk dalam gugusan pulau yang terdapat di sisi tenggara Pulau Laut Kabupaten Kotabaru yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil seperti Pulau Kerumputan dan Kerasian di bagian utara dan Pulau Tepian Mataja di bagian barat. Selain itu, Pulau Karajaan diapit oleh dua selat yaitu Selat Tepian Mataja di bagian barat serta Selat Makassar di bagian timur. Bentuk pantai di Pulau Karajaan berupa tanjung dan teluk, selain itu juga memiliki kelerengan yang berbeda beda di tiap sisi pulaunya. Selisih antara pasang tertinggi (Highest Astronomical Tide /HAT) dan surut terendah (Lowest Astromonical Tide / LAT) di wilayah ini mencapai 2,5 m menurut kajian DKP tahun 2015. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan karakteristik penjalaran gelombang di tiap sisi Pulau Karajaan. Gelombang laut merupakan proses naik turunnya air laut akibat pengaruh transfer energi oleh angin ke permukaan air. Gelombang yang merambat menuju tepi pantai akan mengalami proses transformasi sehingga mengalami perubahan ketinggian gelombang. Perubahan transformasi gelombang akan berbeda di setiap wilayah tergantung kedalaman, bentuk pantai (tanjung/teluk), pulau, maupun bangunan pantai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arah dan kecepatan angin dalam pembangkitan gelombang di laut dalam serta pola transformasi gelombang dengan menggunakan model CMS Wave berdasarkan referensi kedalaman HAT dan LAT pada tipe pantai yang berbeda di Pulau Karajaan. Data data yang dikumpulkan yaitu pasang surut, data batimetri, dan data angin bulanan selama 10 tahun terakhir. Data pasang surut diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan selama 61 jam dan prediksi dari Mike Toolbox selama 15 hari sebagai data verifikasi untuk analisis Admiralty. Data batimetri diperoleh dari pemeruman dan Peta Pushidrosal Lembar 122. Data angin diperoleh dari situs www.ecmwf.int.

Berdasarkan hasil analisis diperolehnilai HAT dan LAT atau keadaan muka air laut tertinggi dan terendah sebagai koreksi kedalaman. Nilai tunggang air pasang tertinggi (HAT) sebesar 221,91 cm sedangkan nilai tunggang air surut terendah (LAT) sebesar 6,97 cm. Selisih nilai HAT dan LAT yaitu sebesar 2,14 m yang mempengaruhi kondisi kelerengan di Pulau Karajaan. Pada bagian selatan saat kondisi HAT, kedalaman 10 m berjarak 250 m sedangkan saat kondisi LAT berjarak 355 m. Pada bagian timur saat kondisi HAT, kedalaman 10 m berjarak 555 m sedangkan saat kondisi LAT berjarak 760 m. Pada bagian utara Pantai Utara saat kondisi HAT, kedalaman 10 m berjarak 445 m sedangkan saat kondisi LAT berjarak 600 m. Pada bagian barat saat kondisi HAT, kedalaman 10 m berjarak 800 m sedangkan saat LAT berjarak 815 m.

Tingkat kelerengan di Pantai Pulau Karajaan dengan tipe tanjung berkisar antara 2% – 4% yang berarti tergolong landai. Sedangkan untuk pantai dengan tipe teluk memiliki tingkat kelerengan 0% – 2% yang berarti tergolong datar hampir rata. Kondisi kelerengan yang beragam serta selisih nilai HAT dan LAT yang cukup besar tentunya akan menjadikan perbedaan karakteristik gelombang yang terjadi di wilayah ini.

Berdasarkan analisis diperoleh hasil jarak fetch efektif arah timur, tenggara, dan selatan mencapai 200.000 m. Hal ini dikarenakan wilayah timur, tenggara, dan selatan berhadapan langsung dengan laut bebas sedangkan wilayah utara dan barat laut yang berhadapan dengan Pulau Laut hanya memiliki nilai fetch efektif masing-masing sebesar 35.117 m dan 8.140 m. Kecepatan angin dari arah timur, tenggara, dan selatan berkisar antara 6,02 – 8,92 m/s sedangkan dari arah utara dan barat laut berkisar 6,42 – 7,58 m/s. Hal ini mengakibatkan gelombang tertinggi berasal dari arah timur, tenggara, dan selatan dengan tinggi gelombang mencapai 1,22 – 1,85 m dan periode 4,52 – 6,04 s. Sedangkan gelombang terkecil berasal dari arah barat laut dengan tinggi gelombang 0,29 m dan periode 1,78 s meskipun kecepatan angin di wilayah tersebut sama dengan dari arah timur, tenggara, dan selatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembangkitan gelombang di perairan Pulau Karajaan adalah jarak fetch efektif.

Hasil model CMS Wave menunjukan adanya pola transformasi gelombang di perairan Pulau Karajaan. Saat kondisi HAT dan LAT pola cenderung sama dimana terjadi peristiwa konvergensi (penguncupan) pada wilayah dengan tipe tanjung seperti Tanjung Batu Laso dan Tanjung Soreang serta divergensi (penyebaran) yang terjadi pada wilayah dengan tipe teluk seperti Teluk Bodi dan Teluk Soreang. Selisih nilai antara HAT dan LAT yang mencapai 2,14 m menjadikan penurunan ketinggian dan posisi gelombang pecah menjadi berbeda. Pada wilayah pantai timur dan selatan yang menghadap laut bebas serta curam, gelombang mengalami penurunan pada jarak 35 – 65 m dari garis pantai saat HAT sedangkan saat LAT gelombang mengalami penurunan pada jarak 100 – 150 m dari garis pantai. Pada wilayah pantai barat, gelombang mengalami penurunan pada jarak 65 – 95 m dari garis pantai saat HAT sedangkan saat LAT pada jarak 110 – 165 m dari garis pantai. Pada wilayah pantai utara yang terlindung serta kelerengan datar hampir rata, gelombang mengalami penurunan pada jarak 100 – 150 m saat HAT sedangkan saat LAT mengalami penurunan pada jarak 200 – 300 m dari garis pantai. Gelombang datang yang tegak lurus dengan pantai memiliki tinggi 1 – 1,5 m sedangkan gelombang datang yang membentuk sudut memiliki tinggi 0,5 – 0,8 m.

Berdasarkan hasil tersebut maka perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai hubungan gelombang terhadap abrasi dan sedimentasi di Pulau Karajaan serta upaya penanggulangan terhadap daerah yang dipengaruhi oleh gelombang tersebut karena di beberapa sisi Pulau Karajaan terdapat wilayah terdampak abrasi yang mengakibatkan rusaknya bangunan pantai.

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI