Hipertensi disebut juga silent killer dan penderita hipertensi apabila tidak diobati secara tepat, maka dapat meningkatkan risiko terjadi komplikasi penyakit akibat hipertensi. Pengobatan yang tidak tepat dapat menimbulkan kejadian Drug Related Problems. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengevaluasi DRPs pada penggunaan obat antihipertensi di instalasi rawat inap RSUD Pambalah Batung Amuntai periode Januari 2021 – Juni 2022.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Populasi penelitian ini adalah rekam medik pasien hipertensi di instalasi rawat inap RSUD Pambalah Batung Amuntai periode Januari 2021 – Juni 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 28 rekam medik. Penelitian ini dilakukan dari September – Oktober 2022 di RSUD Pambalah Batung Amuntai. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Hasil data yang diperoleh pada penggunaan obat antihipertensi diberikan secara tunggal dan kombinasi. Obat antihipertensi tunggal yang paling banyak diberikan adalah Calcium Channel Blocker (amlodipin) sebesar 68,42%. Obat antihipertensi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi Angiotensin II Receptor Blocker (kandesartan) dengan Calcium Channel Blocker (amlodipin) sebesar 18,75%. Hasil evaluasi DRPs yaitu potensi interaksi obat 59 kasus (85,50%), obat tidak efektif 5 kasus (7,25%), membutuhkan terapi obat 5 kasus (7,25%), dan tidak ditemukan kasus pada terapi obat yang tidak perlu, dosis terlalu rendah dan dosis terlalu tinggi.

Kata Kunci: Hipertensi, Drug Related Problems (DRPs), RSUD Pambalah Batung Amuntai